REPUBLIKA.CO.ID, Setiap orang memerlukan hobi, tapi mengapa anak Anda memilih mumi, dinosaurus, atau singa laut? Temukan cara memetik manfaat optimal dari ketertarikan si balita. Dan waspadai jika anak terobsesi.
Ruth Anan, PhD, seorang psikolog klinis, mengatakan bahwa ketertarikan mendalam anak bisa menjadi sinyal gangguan obsessive-compulsive, seperti dikutip dari www.parentsindonesia.com. Bicarakan kepada dokter anak jika Anda khawatir.
Menurut Anda “Dia benar-benar terpusat pada hobinya.”
Tidak Perlu Khawatir
- Dia protes ketika Anda mencoba mengganti aktivitas tapi tidak menangis keras.
- Dia bermain dengan cara kreatif dan dalam situasi sosial (misalnya menggunakan mobil-mobilan dalam lintasan halang rintang ciptaannya dan bermain pompa bensin bersama teman).
Khawatir Jika
- Obsesinya mengarah kepada menjaga urutan (membariskan mobil dengan sempurna) dibandingkan bermain.
- Dia terlalu fokus pada minatnya sehingga tidak menikmati kegiatan atau permainan lain.
Menurut Anda “Minatnya tampak aneh.”
Tidak Perlu Khawatir
- Dia cepat menangkap bahwa orang lain tidak punya minat yang sama, dan dia dengan cepat mengganti topik pembicaraan.
- Obsesinya tidak menghalangi pertemanan.
Khawatir Jika
- Dia terus membicarakan ketertarikannya meskipun teman-temannya menyatakan dengan jelas bahwa mereka tidak tertarik.
- Ketika topik pembicaraan berganti, dia kembali mengangkat obsesinya.
Menurut Anda “Obsesi anak dengan senjata sepertinya menakutkan.”
Tidak Perlu Khawatir
- Minatnya berawal dari sang kakak atau dari tayangan kartun yang mengandung kekerasan (hentikan kebiasaan anak menonton film tersebut).
- Ketika temannya ingin melakukan kegiatan lain, dia dengan mudah berpindah aktivitas.
Khawatir Jika
- Menjadi penjahat atau polisi adalah satu-satunya jenis permainan imajinatif yang dilakukan anak.
- Dia tidak bisa berhenti pura-pura menembak teman-teman di sekolah meskipun guru sudah memeringatkan berkali-kali.