Kamis 03 Jun 2021 16:18 WIB

Pandemi, Tantangan Orang Tua Kembangkan Bakat Anak

Pandemi menjadi peluang sekaligus tantangan bagi orang tua kembangkan bakat anak.

Pandemi menjadi peluang sekaligus tantangan bagi orang tua kembangkan bakat anak.
Foto: www.freepik.com
Pandemi menjadi peluang sekaligus tantangan bagi orang tua kembangkan bakat anak.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pandemi COVID-19 membuat anak-anak makin akrab dengan teknologi. Namun, wabah virus corona ini peluang sekaligus tantangan bagi orang tua ketika akan mengembangkan bakat anaknya.

Hal itu mengingat, kata praktisi dan santri talents mapping Andri Fajria, bakat anak ini tidak lepas dari penerapan rumus 3B, yakni banyak bertemu orang, banyak beraktivitas, dan beragam aktivitas. Pengembangan bakat anak terhambat karena anak didekatkan dengan gadget (gawai) yang melenakan anak dalam aktivitas, seperti bermain gim.

Baca Juga

Karena permainan itu mengalihkan anak dari kegiatan 3B, menurut dosen Universitas Bhayangkara ini, harus ada pembatasan waktu anak berinteraksi dengan gawai setiap harinya. Penulis buku "Membangun Keluarga Sadar Bakat" dan "Talents Observation" ini lantas menyarankan agar orang tua yang telah memiliki kemampuan membaca bakat anak bisa memilih bentuk kegiatan yang sesuai dengan bakat anaknya.

Master trainer nasional talents observation (pengamat bakat) itu lantas menjelaskan bahwa bakat adalah ekspresi genetik yang sedang aktif. Bakat ini dipengaruhi oleh ayah, ibu, kakek, nenek, dan para pendahulu.

Potensi bakat anak adalah hobi anak yang dilakukan dengan penuh kesenangan, dengan mudah, dan hasilnya dinilai baik oleh orang lain. Oleh karena itu, orang tua perlu mengenal bakat anak sejak dini dengan memperhatikan aktivitas, sifat, dan peran yang paling sering muncul dalam kegiatan keseharian anaknya.

Diingatkan pula oleh Andri Fajria bahwa orang tua tidak perlu resah bila anak terlihat pendiam, pemalu, dan tidak ingin memperlihatkan kemampuannya. Anak itu mungkin berbakat dalam pekerjaan yang berhadapan dengan benda-benda.

Potensi bakat anak tidak hanya sebatas aktivitas terkait dengan fisik, tetapi juga aktivitas yang terkait sifat. Di sinilah butuh kemampuan analisis untuk mengidentifikasi bakat anak yang terkait dengan sifat.

Pendiri Sekolah Alam Tangerang (SAT) Andri Fajria menegaskan bahwa bakat itu tidak tunggal karena setiap orang memiliki beberapa pilihan peran/profesi yang sesuai dengan kombinasi bakatnya serta sesuaikan dengan peluang dan kondisi yang dihadapi.T idak berbakat dalam suatu aktivitas, bukan berarti tidak dapat melakukan kegiatan tersebut.

Namun, membutuhkan usaha yang lebih keras agar dapat melakukan aktivitas tersebut dengan baik. Menyinggung soal perkiraan sejumlah orang tua bahwa anaknya berbakat sebagai guru tetapi irit berbicara alias pendiam, Andri Fajria menyarankan mereka untuk menemukan keterampilan atau hobi yang dikuasai anaknya.

"Jika hingga remaja belum menemukan bakat anak, apalagi di tengah pandemi COVID-19 yang belum tahu kapan berakhirnya, jangan khawatir, bakat itu tidak hilang. Dia hanya tertidur (dormant) sampai ada trigger (pemicu) yang membangunkannya," jelas Andri, dikutip Kamis (3/6).

Begitu pula bagi anak berkebutuhan khusus (ABK), menurut Andri Fajria, observasi terhadap mereka lebih mudah mengingat rentang minat mereka yang terbatas. Orang tua dan guru mengamati aktivitas yang sering mereka lakukan, lalu menganalisisnya, kemudian mencoba aktivitas yang diperkirakan lebih sesuai.

Dengan demikian, masih ada peluang mengembangkan bakat anak di tengah wabah. Jangan sampai gegara pandemi, pasrah begitu saja tanpa ada ikhtiar dari pemangku kepentingan di dunia pendidikan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement