Jumat 27 Feb 2015 06:28 WIB

Ini Dia Cara Stimulasi Anak Usia 3-6 Tahun

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Anak di usia di atas 3 tahun memasuki fase pengembangan rasa dengan meniru orang lain, biasanya orang dewasa.
Foto: discountschoolsupply
Anak di usia di atas 3 tahun memasuki fase pengembangan rasa dengan meniru orang lain, biasanya orang dewasa.

REPUBLIKA.CO.ID, Anak usia di atas 3 sampai 6 tahun, menurut psikolog anak, Ine Indriani, MPsi, masih berada pada tahap pra-operasional seperti pada tahap sebelumnya. Mereka masih egosentris. Bermain dan pemberian contoh konkrit, masih tetap menjadi sarana penting dan utama dalam mengajarkan berbagai hal kepada anak.

Selain itu, mereka sedang mengembangkan sikap atau rasa inisiatif atau bersalah (inisiative vs guilty).“Anak melakukan segala sesuatu dengan meniru perilaku orang-orang di sekitarnya, terutama orang tua dan keluarga. Terlihat dari perilakunya yang bermain ibu-ibuan, mobil-mobilan, atau meniru kebiasaan orang,” ungkapnya.

Karena itu, Ine mengatakan penting bagi orang tua untuk menghargai usaha anak dalam meniru perilaku walaupun usahanya kurang maksimal. Bila orang tua tidak menghargai usaha anak dalam meniru perilaku, lebih banyak memarahi atau menyalahkan, maka akan tumbuh rasa bersalah dalam diri anak. Ia menambahkan sangat penting bila orang tua mampu melakukan kebiasaan dan perilaku positif sehingga anak memiliki kebiasaan dan perilaku positif pula.

Untuk anak usia tiga sampai enam tahun ini, stimulasi yang diberikan juga harus sesuai. Untuk stimulasi kecerdasan bahasa, orang tua harus banyak memberi kesempatan bercerita dan berkomunikasi, berdiskusi tentang sebab akibat, memberi kesempatan anak untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

Untuk stimulasi keceradasan logika matematika, orang tua bisa mengenalkan berbagai bentuk, angka, huruf, kata, berhitung, mengajarkan aturan, diskusi dan penjelasan sebab akibat. Untuk stimulasi kecerdasan visual spasial, orang tua bisa mengajak anak menggambar, menggunting, membuat prakarya, berjalan-jalan, mengenalkan anak pada peran dan batasan peran dari orang-orang di sekitarnya.

Sementara untuk stimulasi kecerdasan kinestetik, bisa dilakukan dengan olahraga, menari, melakukan berbagai aktivitas motorik kasar dan halus. Orang tua juga bisa mengenalkan anak mengenai good touch-bad touch (sentuhan yang baik dan kurang baik). Selain itu, bisapula mengajak anak untuk membiasakan antri, menunggu, bersabar.

Bagaimana dengan stimulasi kecerdasan musik? Menurutnya bisa dilakukan dengan memperdengarkan lagu, mengajak bernyanyi dan mengenalkan alat musik. Untuk stimulasi kecerdasan intrapersonal, memahami perasaan anak, mengenalkan anak terhadap emosinya, dan membantu anak mengenal identitas dirinya. Tak hanya itu, orang tua juga biss mengajarkan kemandirian dan bantu diri, membantu mengontrol emosi anak.

Sedangkan untuk kecerdasan interpersonal, orang tua bisa mengajarkan empati, mengajak anak berinteraksi dengan orang lain, merangsang dengan permainan peran, permainan kelompok  serta melatih anak bersikap asertif. Dan untuk kecerdasan naturalis, orang tua bisa mengajak anak berjalan-jalan, memperkenalkan tumbuhan dan hewan, bermain di lingkungan terbuka, ke kebun binatang, pegunungan atau pantai. Selain itu, bisa juga dengan melatih anak menjaga kebersihan lingkungan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement