REPUBLIKA.CO.ID, Pakar tata boga dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Mutiara Dahlia, mengatakan tak semua masakan cocok diolah dengan api kecil alias simmering.
Simmering, menurutnya, cocok diterapkan pada hidangan berkuah dengan bahan yang kaya protein dan karbohidrat. Bahan-bahan yang dimaksud antara lain daging sapi, ayam, dan ikan.
''Simmering tak cocok untuk bahan yang banyak mengandung vitamin, seperti sayuran dan buah-buahan,'' ungkap alumnus Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia itu.
Sangat bisa dipahami bila simmering tak cocok untuk sayuran dan buah-buahan. ''Sebab, jika dimasak terlalu lama, vitamin yang terkandung dalama sayuran dan buah-buahan itu akan hilang atau menguap.''
Lain halnya dengan daging sapi, kambing, atau ayam. Walau dimasak dalam waktu lama, kata Mutiara, kandungan gizi dalam bahan-bahan ini tak akan berkurang.
Sebaliknya, proses pengolahan yang lama dengan api kecil, akan membuat sari-sari kelezatan yang ada dalam daging atau ikan akan lebih 'keluar' kemudian bercampur dengan kuah dari masakan itu. Hasilnya, masakan Anda akan terasa jauh lebih lezat.
Tak cuma itu, teknik simmering juga membuat daging menjadi lebih empuk. ''Dan karena mengolahnya di atas api, tentu saja teknik ini lebih ekonomis karena hemat bahan bakar.''
Sulitkah memasak dengan teknik ini? Jangan khawatir. Simmering sangat mudah dipraktikkan. Caranya, bahan dan kuah dipanaskan terlebih dahulu hingga mendidih. Setelah satu menit masakan mendidih, segera kecilkan api.
Usahakan, suhu berada di atas 70 derajat Celsius dan di bawah 100 derajat Celsius. Simmering juga tak menuntut Anda menyiapkan alat khusus. ''Alatnya ya pakai panci. Memasaknya bisa menggunakan kompor biasa atau kompor gas.''
Ikuti Whatsapp Channel Republika
