REPUBLIKA.CO.ID, Di zaman modern yang serba sibuk seperti sekarang, orang biasanya menginginkan masakan yang lezat, praktis, dan tak butuh waktu lama untuk mengolahnya. Keinginan seperti itu, wajar sekali. Apalagi buat mereka yang hanya punya sedikit waktu untuk memasak.
Keserbacepatan itu padahal tak selalu membuat sajian menjadi istimewa. Untuk hasil terbaik, beberapa sajian istimewa padahal paling dinikmat dimasak dengan api kecil saja.
Api kecil? Bukankah ini akan memakan waktu lama? Memang benar. Namun, justru hal inilah yang menjadi kunci kelezatan masakan.
Memasak dengan api kecil (simmering) sebenarnya merupakan salah satu teknik memasak yang populer. Menurut sejarahnya, simmering berasal dari Eropa. Tak heran, banyak masakan Eropa yang diolah dengan cara ini.
Minestrone, sup kondang dari Italia, merupakan salah satu contoh sajian Eropa yang diolah dengan cara ini. Dari Eropa, simmering merambah ke kawasan lain. Dan kini, memasak dengan api kecil telah dipraktikkan oleh berbagai lapisan masyarakat di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Cukup banyak jenis masakan yang pas diolah dengan cara ini. Sebut saja misalnya sup, kari, atau gulai. Bila bahan yang digunakan adalah ikan, maka masakan yang cocok dibuat dengan teknik ini adalah sup ikan. Orang Prancis misalnya biasa membuat sup ikan dengan teknik simmering. Teknik ini juga cocok untuk membuat kaldu atau mengempukkan daging.
Ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan jika Anda hendak mempraktikkan teknik memasak ini. Salah satunya adalah suhu. ''Suhu yang digunakan untuk memasak dengan teknik ini berkisar antara 70 - 96 derajat Celsius,'' kata pakar tata boga dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Mutiara Dahlia.
Selain suhu, hal lain yang perlu diperhatikan adalah waktu. Jika bahan utama masakan Anda adalah ikan, maka lama memasak dengan teknik ini adalah 30-40 menit. Namun, bila bahan utamanya daging ayam misalnya untuk sup, soto, atau kari ayam, maka butuh waktu sekitar dua jam.
Lain lagi jika Anda hendak membuat sup atau kaldu dari daging atau tulang sapi. ''Lama memasak bisa mencapai lima hingga enam jam,'' lanjut ketua program studi DIII Tata Boga UNJ ini.