REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tren "Rp10 Ribu di Tangan Istri yang Tepat" tengah viral di media sosial. Dalam tren ini, sejumlah ibu rumah tangga menunjukkan kreativitasnya dalam mengolah makanan untuk keluarga hanya dengan modal Rp10 ribu.
Beberapa konten memperlihatkan mereka membeli bahan pangan sederhana seperti tempe dan kangkung. Menanggapi tren ini, Sayida Rahmah (29 tahun), seorang ibu rumah tangga asal Karawang, menilai tren ini tidak realistis. Menurutnya, Rp10 ribu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan makan keluarga dalam sehari, apalagi jika mempertimbangkan aspek gizi untuk buah hati.
"Kalau buat beli tempe dan kangkung saja mungkin cukup, tapi kan tetap perlu minyak goreng, gas, dan bahan lainnya. Kalau ditotal, rasanya enggak cukup ya. Apalagi kan ada kebutuhan anak," kata Sayida saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (10/10/2025).
Sayida saat ini tinggal bersama suami dan anaknya yang berusia dua tahun. Dalam keseharian, keluarganya makan tiga kali sehari, dan terkadang sang suami juga membawa bekal ke tempat kerja. la menyebut kebutuhan makan harian keluarganya bisa mencapai sekitar Rp100 ribu, termasuk untuk camilan anak.
"Kalau udah punya anak, Rp100 ribu aja tuh udah ngepas, bahkan aku enggak bisa kebeli kopi. Itu benar-benar abis buat kebutuhan pokok aja," kata Sayida.
Meski mengaku tidak setuju dengan tren tersebut, Sayida memahami, sebagian ibu mungkin tidak memiliki banyak pilihan karena keterbatasan ekonomi. Menurutnya, memilih bahan seperti tempe dan kangkung justru langkah tepat di tengah keterbatasan.
"Aku juga enggak berhak sih nge-judge mereka. Menurut aku, kalau misal keuangan terbatas, beli tempe dan kangkung itu pilihan tepat loh ketimbang misal dibeliin mi instan," kata dia.
la mengatakan setiap keluarga memiliki kondisi yang berbeda-beda. Ia pun menilai, tak adil jika tren viral ini dijadikan standar untuk semua rumah tangga.
"Mungkin di daerah tertentu yang biaya hidupnya lebih rendah bisa saja cukup. Tapi menurut aku, harga bahan pokok seperti ayam, telur, itu enggak jauh beda di mana-mana. Jadi, buat tiga orang makan tiga kali sehari Rp10 ribu enggak realistis," kata dia.
Sayida sendiri saat ini menjadi ibu rumah tangga penuh waktu, sementara suaminya bekerja di perusahaan swasta di Karawang. la menyebut kondisi keuangan keluarganya terbilang cukup, tidak kurang ataupun berlebih. Selain mengandalkan gaji suami, Sayida juga membantu ekonomi keluarga dengan menjalankan usaha rumahan yaitu menjual dimsum.
"Dimsum itu aku jual di kompleks aja, dipromosiin di grup WA kompleks. Yang beli juga sekitaran rumah. Usaha ini aku jalanin bareng tetangga, dia yang tahu resepnya, masaknya dulu di dapur aku karena katanya lebih lega," kata Sayida menceritakan.
Usaha tersebut memberikan penghasilan tambahan buat Sayida. Baginya, perempuan tetap bisa produktif meski berada di rumah. Usaha kecil itu menjadi cara Sayida untuk tetap berdaya, sekaligus menjaga keseimbangan peran sebagai istri dan ibu.
"Aku kan masih 29 tahun, masih produktif, masih banyak tenaga dan ide. Jadi usaha dimsum ini tuh aku ngejalaninnya juga happy. Dan hasil jualan dimsum bisa aku beli perintilan perempuan, kayak skincare atau make up," kata dia.
View this post on Instagram