Selasa 30 Sep 2025 13:34 WIB

Fenomena Self-Reward Gen Z Setelah Gajian Jadi Tren

Bagi sebagian anak muda, self-reward bukan sekadar perilaku konsumtif.

Rep: Mg162/ Red: Qommarria Rostanti
Self-reward (ilustrasi). Ada kebiasaan unik di kalangan Gen Z yaitu langsung melakukan self-reward setelah gajian.
Foto: Dok. Freepik
Self-reward (ilustrasi). Ada kebiasaan unik di kalangan Gen Z yaitu langsung melakukan self-reward setelah gajian.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- “In this economy?”. Ungkapan ini sering muncul di media sosial (medsos) sebagai komentar betapa sulitnya hidup dengan biaya yang terus meningkat. Harga kebutuhan pokok naik, ongkos transportasi bertambah, hingga gaya hidup urban yang makin menuntut.

Namun, justru di tengah kondisi tersebut, ada kebiasaan unik di kalangan Gen Z yaitu langsung melakukan self-reward setelah gajian. Bagi sebagian besar anak muda, self-reward bukan sekadar perilaku konsumtif. Lebih dari itu, ia dipandang sebagai bentuk penghargaan atas kerja keras setelah sebulan penuh menghadapi deadline, rutinitas, hingga tekanan hidup sehari-hari.

Baca Juga

Hadiah kecil untuk diri sendiri ini bisa berupa kopi spesial, skincare, belanja fashion, hingga tiket konser atau liburan singkat. Dilansir laman AOL Finance, fenomena ini bahkan disebut sebagai bagian dari treat culture, yakni kebiasaan generasi muda memberi hadiah kecil sebagai kompensasi atas tekanan hidup.

Ada beberapa alasan mengapa self-reward dilakukan “tiba-tiba” begitu gajian masuk. Dari sisi emosional, self-reward dinilai menjadi bentuk apresiasi diri, cara cepat meningkatkan suasana hati, sekaligus strategi mengurangi stres setelah menghadapi tekanan pekerjaan dan biaya hidup. Ada juga pengaruh FOMO yang muncul ketika melihat tren di media sosial atau kebiasaan teman sebaya. Sementara dari sisi non-emosional, timing gajian membuat posisi finansial terasa paling aman sehingga belanja terasa lebih wajar. Ditambah lagi, banyak promo e-commerce dan brand yang memang diluncurkan pada tanggal muda, serta adanya kebiasaan Gen Z yang sejak awal sudah menyisihkan anggaran khusus untuk self-reward.

Fenomena ini juga terasa dari pengalaman langsung anak muda bernama Nayla, karyawan swasta berusia 21 tahun. Dia mengaku hampir selalu menyisihkan gaji untuk self-reward. Baginya, belanja kecil seperti membeli pakaian baru bisa jadi cara melepas penat setelah sebulan penuh bekerja.

Self reward dong, biasanya beli baju atau celana. Boros mah pasti, cuma kan udah dibedain mana uang untuk self reward, mana uang untuk nabung. Budget biasanya 200k,” ujarnya kepada Republika.co.id pada Selasa (30/9/2025).

Nayla mengatakan selama pengeluaran tersebut sudah masuk dalam rencana, ia tidak merasa bersalah. Justru, ia menganggap self-reward sebagai cara menjaga semangat kerja di bulan berikutnya.

Hal serupa juga dialami Naura, karyawan berusia 22 tahun. Bedanya, ia lebih suka mengalokasikan gaji untuk membeli buku. Baginya, buku adalah bentuk self-reward yang sekaligus bisa memberikan manfaat jangka panjang.

“Iya suka self-reward, biasanya setiap bulan beli buku. Enggak boros menurut aku karena beli cuma sebulan sekali dan udah dipisah mana uang yang buat beli buku. Budget aku maksimal 150k untuk buku,” ujarnya. Menurut Naura, selama masih ada batas yang jelas, self-reward bukanlah pemborosan, melainkan kebutuhan mental untuk menyeimbangkan hidup di tengah tekanan kerja.

Dilansir laman Ally Bank Survey, sebuah riset mencatat hampir 60 persen Gen Z mengaku tujuan keuangan mereka sering terganggu oleh pengeluaran sosial seperti hangout, nongkrong, hingga menghadiri acara. Hanya 18 persen yang benar-benar memiliki anggaran khusus untuk kebutuhan sosial tersebut. Artinya, pilihan untuk self-reward sering kali juga dipengaruhi oleh lingkungan dan budaya digital yang membentuk gaya hidup.

Meski begitu, tidak semua self-reward berarti boros. Banyak Gen Z mencoba bersikap rasional dengan membagi gaji ke dalam alokasi tertentu yakni kebutuhan pokok, tabungan atau investasi, dan sisanya barulah digunakan untuk self-reward. Dengan cara ini, hadiah kecil untuk diri sendiri bukan sekadar kebocoran finansial, melainkan bagian dari strategi menjaga keseimbangan hidup.

Kebiasaan Gen Z yang langsung self-reward setelah gajian pada akhirnya menggambarkan cara mereka beradaptasi dengan realitas ekonomi yang sulit. Di satu sisi, mereka sadar pentingnya tabungan dan manajemen keuangan. Namun di sisi lain, mereka juga percaya bahwa kebahagiaan kecil di masa kini sama pentingnya untuk menjaga semangat kerja dan kesehatan mental. “In this economy”, self-reward bukan hanya gaya hidup, melainkan bentuk survival emosional yang membantu mereka bertahan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Ameera Network (@ameeranetwork)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement