Kamis 04 Sep 2025 11:00 WIB

Dampak Bagi Tubuh Jika Makan Mi Instan Setiap Hari

Rata-rata mi instan memiliki kandungan natrium (garam) yang sangat tinggi.

Rep: Mg161/ Red: Qommarria Rostanti
Mi instan (ilustrasi). Pertanyaan mendasar muncul yaitu apakah kita bisa bertahan hidup dan tetap sehat jika mengonsumsi mi instan setiap hari?
Foto: Dok. Freepik
Mi instan (ilustrasi). Pertanyaan mendasar muncul yaitu apakah kita bisa bertahan hidup dan tetap sehat jika mengonsumsi mi instan setiap hari?

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Murah, cepat, dan mengenyangkan. Tiga kata ini menjadikan mi instan sebagai makanan andalan bagi banyak orang, dari pelajar, pekerja sibuk, hingga keluarga yang ingin berhemat.

Rasanya yang gurih dan cara penyajiannya yang praktis membuat hidangan ini seolah menjadi solusi sempurna di tengah padatnya aktivitas. Namun, pertanyaan mendasar muncul yaitu apakah kita bisa bertahan hidup dan tetap sehat jika mengonsumsi mi instan setiap hari? Mari kita bedah apa saja yang ada di dalam satu bungkus mi instan dan bagaimana hal itu memengaruhi tubuh.

Baca Juga

Mi instan bukan hanya sekadar makanan cepat saji, melainkan juga memiliki makna budaya yang mendalam. Bagi banyak mahasiswa internasional, imigran, atau mereka yang merantau, seporsi mi instan dapat menghadirkan rasa "rumah" di tempat yang asing. Hidangan ini menyimpan kenangan masa kecil, kebersamaan dengan teman, atau bahkan pasar malam yang ramai. Ia memberikan perut yang kenyang sekaligus rasa familiaritas, menjadikannya lebih dari sekadar makanan.

Namun, di balik semua kenyamanan dan nostalgia itu, profil nutrisi mi instan masih jauh dari kata ideal. Satu bungkus mi instan standar umumnya terbuat dari mi tepung gandum dan paket penyedap rasa. Beberapa varian yang lebih mewah mungkin menambahkan sayuran kering atau bawang putih goreng, tetapi itu tidak banyak mengubah komposisi dasarnya.

Dilansir laman Study Finds, rata-rata mi instan memiliki kandungan natrium (garam) yang sangat tinggi. Satu porsi bisa mengandung antara 600 hingga 1.500 mg natrium. Angka ini mendekati, bahkan melebihi batas asupan harian yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu kurang dari 2.000 mg per hari. Konsumsi natrium yang berlebihan dalam jangka panjang dapat memberikan beban berat pada jantung dan ginjal.

Selain tinggi garam, mi instan umumnya rendah serat karena terbuat dari gandum rafinasi. Padahal, serat pangan sangat penting untuk menjaga kelancaran pencernaan dan kesehatan usus. Mi instan juga rendah protein. Meskipun karbohidrat rafinasi dapat membuatmu merasa kenyang sesaat, tanpa tambahan protein dari telur, tahu, atau daging, rasa kenyang itu akan cepat hilang dan membuatmu lapar lagi. Mi instan kekurangan nutrisi penting seperti vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh untuk berfungsi dengan baik.

Mengonsumsi mi instan sesekali tentu tidak akan membahayakan. Namun, jika mi instan menjadi sumber nutrisi utama, penelitian menunjukkan adanya beberapa risiko jangka panjang. Sebuah studi di Korea Selatan menemukan bahwa konsumsi mi instan lebih dari dua kali sepekan berhubungan dengan peningkatan risiko sindrom metabolik, terutama pada wanita. Sindrom metabolik ini adalah sekumpulan kondisi yang bisa meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan masalah kesehatan lainnya.

Meskipun studi tersebut tidak membuktikan bahwa mi instan adalah penyebab langsung, konsumsi natrium yang tinggi secara rutin telah lama dikaitkan dengan peningkatan risiko tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan stroke. Diet rendah serat juga terkait dengan masalah kesehatan usus, sembelit, dan risiko kanker usus serta diabetes tipe 2. Kurangnya variasi makanan berarti tubuh kehilangan nutrisi penting yang hanya bisa didapat dari sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan sumber protein lainnya.

Jika mi instan adalah pilihan praktis bagimu, tidak perlu langsung membuangnya. Kamu bisa membuatnya menjadi hidangan yang lebih seimbang dengan beberapa tambahan sederhana. Tambahkan sayuran seperti kacang polong, bayam, brokoli, atau wortel untuk meningkatkan asupan serat, vitamin, dan mineral. Kemudian, tambahkan sumber protein seperti telur, tahu, daging ayam, atau udang. Cara ini membuat rasa kenyang akan bertahan lebih lama dan kamu mendapatkan nutrisi yang lebih lengkap. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement