Rabu 27 Aug 2025 14:08 WIB

Dokter Sarankan ASI Perah Diberikan Lewat Gelas Bukan Dot

Penggunaan dot berisiko menurunkan keberhasilan menyusui langsung.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Ibu menyusui (ilustrasi). Salah satu cara efektif yang disarankannya adalah memberikan ASl perah menggunakan gelas, bukan dot.
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Ibu menyusui (ilustrasi). Salah satu cara efektif yang disarankannya adalah memberikan ASl perah menggunakan gelas, bukan dot.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis anak sekaligus konsultan laktasi, dr Asti Praborini, mengimbau para ibu pekerja untuk tetap memberikan ASI eksklusif tanpa eping (exclusive pumping) yaitu memberikan ASI hasil perahan melalui botol. Salah satu cara efektif yang disarankannya adalah memberikan ASl perah menggunakan gelas, bukan dot.

"Pompa ASI boleh, tapi berikan ke bayi dengan gelas bukan dot. Kalau pakai dot, itu pasti gagal," kata dr Asti saat diwawancara seusai diskusi Pekan ASI di Dompet Dhuafa Jakarta, Selasa (26/8/2025).

Baca Juga

Menurutnya, penggunaan dot berisiko menurunkan keberhasilan menyusui langsung. Bayi yang terbiasa dengan dot juga cenderung enggan menyusu dari payudara karena cara kerja ototnya jauh lebih sederhana.

"Dot hanya menggerakkan dua otot, sedangkan menyusu langsung mengaktifkan 22 otot. Bayi akan memilih yang lebih mudah," ujar dr Asti.

Selain memberikan ASI melalui gelas, dr Asti mengimbau ibu pekerja tetap memberikan ASI secara langsung sepulang kerja. Hal ini menurut dia bermanfaat untuk melatih keterampilan bayi dan memperkuat ikatan emosional antara ibu dan bayi.

Sementara itu, jika bayi terbiasa menyusu dari dot, maka berisiko menurunkan produksi ASI ibu secara drastis. "Kalau tidak disusui langsung, lama-lama ASI ibu kering. Akhirnya nanti beralih ke susu formula. Itu bahaya," tambah dia.

Dokter Asti juga menyarankan ibu untuk datang ke fasilitas kesehatan yang memiliki konsultan laktasi agar dapat belajar teknik memberikan ASI perah dengan gelas. la juga menekankan pentingnya menggunakan gelas kaca demi keamanan dan kebersihan.

"Dot itu tidak hanya ganggu menyusui, tapi juga berbahaya karena material plastiknya. Saat dipanaskan, plastik itu bisa melepaskan zat berbahaya yang jadi pemicu kanker," kata dia.

Tak hanya dari sisi medis, dr Asti juga menyoroti pentingnya menyusui dari perspektif agama. la merujuk Al Quran surat Al-Baqarah ayat 233 yang menyebutkan perintah bagi ibu untuk menyusui bayinya selama dua tahun penuh. Menurut dia, istilah yang digunakan dalam ayat tersebut adalah "rodho" yang berarti menyusui langsung dari payudara.

"Ini perintah langsung dari Allah, bukan omongan saya. Jadi memang perintahnya menyusui, netek, bukan sekadar memberi ASI lewat botol. Dan di agama lain pun menganjurkan hal yang sama," kata dia.

Pandangan dr Asti sejalan dengan rekomendasi WHO yang menekankan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama dan dilanjutkan hingga usia dua tahun atau lebih. WHO juga secara jelas tidak merekomendasikan dot atau empeng karena berisiko mengganggu proses menyusui alami.

"WHO tidak menyarankan hanya breast milk, tapi breastfeeding. Kalau tidak bisa disusui ibu kandung, disarankan oleh ibu lain, bukan langsung ke susu formula," ujar dr Asti.

 

 

Gumanti Awaliyah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement