Rabu 27 Aug 2025 09:55 WIB

Dokter Ungkap Pentingnya Bayi Menyusu Langsung Bukan dari Pumping

Metode eping dinilai justru berisiko bagi kesehatan ibu dan bayi.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Ibu menyusui (Ilustrasi). Praktik eping (exclusive pumping) dinilai justru berisiko menimbulkan berbagai masalah kesehatan baik bagi ibu maupun bayi.
Foto: Republika
Ibu menyusui (Ilustrasi). Praktik eping (exclusive pumping) dinilai justru berisiko menimbulkan berbagai masalah kesehatan baik bagi ibu maupun bayi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Praktik eping (exclusive pumping) yaitu memberikan ASI hasil perahan melalui botol tanpa menyusui langsung, semakin marak dilakukan ibu-ibu masa kini. Namun menurut dokter spesialis anak dan konsultan laktasi, dr Asti Praborini, metode ini justru berisiko menimbulkan berbagai masalah kesehatan baik bagi ibu maupun bayi.

"Jadi bukan hanya memberikan ASI yang penting, tapi juga harus netek. Saya bilang netek biar banyak orang yang paham bahwa payudara itu harus dihisap langsung oleh bayi. Karena jika tidak, maka akan memicu berbagai gangguan kesehatan serius bagi ibu dan bayi," kata dr Asti dalam diskusi Pekan ASI di Dompet Dhuafa Jakarta, Selasa (26/8/2025).

Baca Juga

la mengungkapkan, bayi yang tidak menyusu langsung ke ibu termasuk bila diberi susu formula memiliki risiko lebih tinggi mengalami sejumlah masalah kesehatan. Antara lain asma, alergi, infeksi telinga, gangguan kardiovaskular, infeksi saluran pernapasan, obesitas, anemia defisiensi besi, diabetes tipe 1 dan 2, gangguan tidur, gangguan perilaku, hingga risiko kematian bayi mendadak (sudden infant death syndrome/SIDS).

Risiko kesehatan dari eping juga diperparah oleh penggunaan dot berbahan plastik. Ia menegaskan dot berbahan plastik bisa melepaskan zat berbahaya pemicu kanker saat dipanaskan.

"Plastik berasal dari minyak bumi. Saat dipanaskan, bisa melepaskan zat berbahaya yang jadi pemicu kanker. Ini bukan main-main lho bahayanya," kata dr Asti.

la mengatakan, praktik eping juga berbahaya bagi kesehatan ibu karena bisa menimbulkan peradangan kronis pada jaringan payudara, yang dalam jangka panjang berisiko memicu kanker payudara. Hal ini merujuk pada sebuah studi yang menunjukkan bahwa penggunaan pompa ASI lebih sering ditemukan pada pasien kanker payudara dibanding kelompok kontrol.

Selain itu, menurut dr Asti, pemberian ASI perah tidak memberikan perlindungan optimal terhadap risiko autisme dan gangguan perilaku pada anak. Berbeda dengan menyusui langsung yang terbukti lebih melindungi sistem imun dan perkembangan neurologis bayi.

Meski demikian, dr Asti mengatakan terdapat kondisi medis tertentu yang membuat ibu tidak dapat menyusui langsung sehingga pemberian ASI perah menjadi satu-satunya pilihan. Seperti bayi prematur atau memiliki kelainan anatomi, bayi dalam kondisi sakit berat dan sedang di ruang operasi atau kemoterapi, serta ibu bekerja dan tidak bisa menyusui langsung dalam jangka waktu tertentu.

Namun, ia mengingatkan bahwa situasi ini harus bersifat sementara dan bukan pilihan utama. "Kapan pun memungkinkan, bayi tetap harus ditetekin langsung," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement