Kamis 27 Nov 2025 10:21 WIB

Mikroplastik Ditemukan di Air Ketuban Ibu Hamil Jatim, Begini Dampaknya Menurut Pakar

Mikroplastik bisa menyebar secara sistemik melalui darah dan mencapai organ penting.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Seorang dokter melakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) kepada ibu hamil (ilustrasi). Paparan mikroplastik dalam ketuban bisa berdampak pada kesehatan bayi.
Foto: Antara/Fauzan
Seorang dokter melakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) kepada ibu hamil (ilustrasi). Paparan mikroplastik dalam ketuban bisa berdampak pada kesehatan bayi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian terbaru yang dilakukan di Gresik, Jawa Timur, mengungkap adanya mikroplastik dalam tubuh manusia. Peneliti sekaligus dosen fakultas kedokteran Universitas Airlangga, dr Lestari Sudaryanti, melaporkan bahwa mikroplastik ditemukan pada air ketuban ibu hamil, darah, hingga urine.

Penelitian pertama dilakukan pada pekerja pemilah sampah di TPA Ngitik, Wringinanom, dan Bawean. Sementara, penelitian kedua berfokus pada air ketuban ibu hamil di Puskesmas dan rumah sakit di Gresik, berkolaborasi dengan NGO Wonjin dari Korea untuk analisis darah dan urine.

Baca Juga

"Untuk air ketuban itu, total sampel sekitar 48 dan semuanya positif mengandung mikroplastik," kata dr Lestari dalam keterangan tertulis, dikutip pada Kamis (27/11/2025).

Menurut dia, paparan mikroplastik dalam ketuban bisa berdampak pada kesehatan bayi. Namun dampak spesifiknya masih belum diketahui, sehingga perlu ada studi lanjutan termasuk penelitian pada hewan.

"Bayi itu makan air ketuban. Jadi pasti ada impact-nya. Tapi pada penelitian ini, sebagian besar berat badan bayi berada dalam kategori normal, meski ditemukan sejumlah kasus berat badan lahir rendah," kata dia.

Dia menyampaikan bahwa secara teori, paparan mikroplastik memicu stres oksidatif dan inflamasi, yang kemudian memengaruhi metabolisme tubuh termasuk hormon. "Plastik itu bersifat estrogenik, jadi berisiko pada penyakit-penyakit yang terkait estrogen, misalnya PCOS," kata dr Lestari.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement