REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keterlibatan aktif seorang ayah dalam pengasuhan anak dinilai memiliki dampak positif yang sangat signifikan, tidak hanya bagi perkembangan emosional anak tetapi juga bagi kesehatan mental ibu. Lebih dari sekadar pencari nafkah, ayah yang terlibat langsung dalam rutinitas sehari-hari, seperti memandikan, memberi makan, bermain, atau mendongeng sebelum tidur, dapat membangun ikatan emosional yang kuat dengan buah hatinya.
Sekretaris Dinas PPAPP DKI Jakarta, Marini Sri Indaswari, mengatakan keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak khususnya dalam 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) juga berdampak signifikan pada tumbuh kembang anak. "Jadi, sekarang ayah tidak lagi hanya sebagai pencari nafkah tetapi juga sebagai pendamping dan figur penting dalam kehidupan awal anak," kata dia dalam seminar bertema "Ayah Terlibat, Ibu Aktif, Keluarga Hebat" di Jakarta, Rabu (25/5/2025).
Marini mengatakan di tengah tantangan pengasuhan masa kini, peran orang tua baik ayah maupun ibu menjadi kunci dalam membentuk generasi yang sehat, cerdas, dan berdaya saing terutama pada periode 1.000 HPK. Adapun 1.000 HPK merupakan masa yang krusial dalam membentuk dasar kesehatan, kecerdasan, dan karakter anak. Di sinilah, kata dia, peran orang tua sangat menentukan, tidak hanya peran ibu yang melahirkan tapi juga peran ayah.
Lebih lanjut, pembahasan peran ayah dalam pengasuhan penting mengingat semakin meningkatnya partisipasi perempuan dalam dunia kerja. Kondisi ini kemudian membuat peran ayah semakin dibutuhkan seperti saling berbagi tugas dan peran yang setara dalam pengasuhan.
Selain itu, pembahasan peran ayah dibutuhkan karena kebutuhan layanan pengasuhan seperti daycare (tempat penitipan anak) yang aman, berkualitas, dan terjangkau juga semakin membesar. Layanan ini tidak hanya membantu ibu dalam menjalankan perannya secara profesional tetapi juga memastikan anak tetap mendapatkan stimulasi gizi dan pengasuhan yang sesuai.
"Merawat anak memang bukan pekerjaan yang sederhana. Selain sistem yang terkecil dan terpenting dalam keluarga, yaitu ayah dan ibu yang memiliki komitmen penuh, maka kita juga perlu dukungan dan komitmen dari sistem masyarakat, seperti penyediaan lingkungan yang aman dan sehat sebagai tempat untuk anak tumbuh dan berkembang," ujar Marini.
Dalam kesempatan itu, Co-Founder Ayah ASI Indonesia, Rahmat Hidayat, menyarankan para ayah perlu diberikan waktu untuk terlibat misalnya dengan pemberian fleksibilitas jam kerja khususnya bagi ayah baru. "Cuti melahirkan minimal dua minggu di awal karena itu masa awal penting bagi ibu ketika habis melahirkan seperti belajar menyusui anak, mengganti popoknya. Dua pekan itu juga agar ayah bisa belajar. Lalu, ada fleksibilitas jam kerja bagi ayah baru biarkan dia mengurus bayinya dulu sebelum bekerja," kata dia.
Selain itu, upaya lainnya yakni para ibu dapat memberikan kepercayaan pada ayah. Menurut dia, para ibu kerap merasa urusan mengasuh anak hanya menjadi urusannya, dan ini membatasi gerak para ayah untuk terlibat dalam pengasuhan. Karena itu, dia juga menyarankan ayah dan ibu berdiskusi untuk menemukan pola yang tepat untuk terlibat di dalam pengasuhan anak mereka.