REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pemulihan psikologis anak-anak pascabencana hidrometeorologi, seperti banjir bandang atau tanah longsor, terkadang luput dari perhatian utama. Padahal, trauma emosional yang dialami anak dapat berdampak jangka panjang jika tidak ditangani dengan tepat.
Menurut pakar ilmu komunikasi Universitas Negeri Padang (UNP), Evelynd, proses pendampingan psikologis atau pemulihan trauma harus dilakukan secara menyeluruh dan melibatkan peran aktif orang tua. Orang tua dinilai garda terdepan yang paling dekat dengan anak dan memegang kunci utama dalam menciptakan lingkungan yang suportif pascatrauma.
"Anak bisa menjauhi gawai jika didampingi dan diberi batasan. Yang paling penting adalah edukasi kepada orang tua tentang informasi apa yang layak dikonsumsi anak," ujarnya di Padang, Sumatera Barat, Sabtu (6/12/2025).
Ia mengatakan aktivitas yang diberikan kepada anak-anak pascabencana harus dirancang untuk memulihkan kondisi emosional anak termasuk mengurangi ketergantungan mereka pada gawai. Secara umum, program itu sejalan dengan penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2025 (PP Tunas) yang menekankan pelindungan anak dari risiko digital. Regulasi tersebut mengatur filter usia, kewajiban platform serta persetujuan orang tua.