Rabu 13 Aug 2025 06:33 WIB

Hobi Makan Mi Pakai Nasi? Pakar Gizi Ungkap Bahaya di Baliknya

Pakar gizi menyarankan alternatif makanan yang mengenyangkan namun sehat.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Mi (ilustrasi). Kebiasaan menyantap mi pakai nasi menyimpan risiko kesehatan serius jika dikonsumsi secara berlebihan dan terus-menerus.
Foto: www.freepik.com
Mi (ilustrasi). Kebiasaan menyantap mi pakai nasi menyimpan risiko kesehatan serius jika dikonsumsi secara berlebihan dan terus-menerus.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kombinasi nasi dan mi terkadang dipilih masyarakat Indonesia untuk bersantap. Namun perlu diingat, kebiasaan ini menyimpan risiko kesehatan serius jika dikonsumsi secara berlebihan dan terus-menerus.

Pakar gizi dari IPB University, Rosyda Dianah, mengatakan konsumsi dua sumber karbohidrat sekaligus secara berlebihan dapat menyebabkan ketidakseimbangan zat gizi. Dalam jangka panjang, hal ini berisiko memicu gangguan metabolik seperti obesitas, resistensi insulin, dislipidemia, hingga inflamasi kronis.

Baca Juga

"Kombinasi ini berisiko menimbulkan ketidakseimbangan gizi, meningkatkan indeks glikemik dan memicu lonjakan kadar gula darah secara cepat. Dalam jangka panjang, risikonya juga sangat serius karena bisa memicu gangguan metabolik," kata dia dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (13/8/2025).

Menurut Rosyda, dua sumber karbohidrat yang dikonsumsi bersamaan dapat meningkatkan asupan kalori secara signifikan, sementara kandungan protein dan lemak sehat menjadi sangat minim. Dalam contoh perhitungan, konsumsi 150 gram nasi dan 100 gram mi menghasilkan sekitar 401 kilokalori, dengan 82 gram karbohidrat, 7 gram protein, dan hanya 2 gram lemak.

"Jika nasi dan mi dikonsumsi dalam jumlah yang sama banyak, kandungan karbohidratnya bisa mendominasi hingga 80 persen dari total energi, sedangkan protein dan lemak sangat rendah," ujar Rosyda.

Kondisi ini menurut dia, jauh dari prinsip gizi seimbang seperti yang ditetapkan dalam pedoman Isi Piringku. Yakni 50 persen piring terdiri atas sayur dan buah, serta 50 persen sisanya terdiri atas karbohidrat dan protein.

la juga menyoroti risiko kekurangan protein dan lemak sehat jika keseringan mengonsumsi mi dan nasi. Menurutnya, hal itu dapat menurunkan produksi hormon pengatur nafsu makan seperti leptin dan peptida YY, yang berujung pada rasa lapar berulang dan konsumsi kalori berlebih.

Untuk menghindari risiko tersebut, Rosyda menyarankan beberapa alternatif menu yang tetap mengenyangkan namun lebih seimbang secara gizi. Di antaranya adalah kombinasi nasi setengah porsi dengan lauk hewani atau nabati serta sayur, atau pengganti karbohidrat seperti ubi rebus yang dipadukan dengan sumber protein dan serat. la juga merekomendasikan penggunaan mi rendah karbohidrat seperti mi shirataki.

"Prinsipnya adalah menyeimbangkan piring makan sesuai dengan pedoman Isi Piringku. Pastikan karbohidrat tidak lebih dari seperempat bagian piring dan lengkapi dengan protein, lemak sehat, serta serat dari sayuran dan buah," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement