Rabu 21 May 2025 14:57 WIB

Film Once Upon a Time in Gaza Disambut Meriah di Cannes

Inspirasi film ini datang dari kehidupan sehari-hari di Gaza.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Salah satu adegan di film Once Upon a Time in Gaza. Film ini sukses mencuri perhatian di Festival Film Cannes 2025.
Foto: Dok. Les Films du Tambour.
Salah satu adegan di film Once Upon a Time in Gaza. Film ini sukses mencuri perhatian di Festival Film Cannes 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sutradara kembar asal Palestina, Tarzan Nasser dan Arab Nasser, sukses mencuri perhatian di Festival Film Cannes 2025 melalui film terbaru mereka berjudul Once Upon a Time in Gaza. Film tersebut diputar dalam sesi Un Certain Regard dan mendapat sambutan meriah berupa standing ovation dari para penonton.

Film berlatar Gaza pada 2007 ini berkisah tentang seorang mahasiswa pemalu bernama Yahya dan pedagang falafel bernama Osama, yang harus berurusan dengan polisi egois dan korup. Melalui narasi yang dibalut humor gelap dan nuansa kritik sosial, film ini menampilkan potret kehidupan masyarakat Gaza dalam kondisi penjajahan dan pengepungan.

Baca Juga

Nasser bersaudara bukanlah nama baru di kancah sinema internasional. Mereka pertama kali mencuri perhatian di Cannes pada 2013 melalui film pendek berjudul Condom Lead, kemudian kembali dengan Degrade (2015) dan Gaza Mon Amour yang menjadi perwakilan Palestina di Oscar 2021.

Dalam sesi wawancara di laman resmi Cannes, keduanya menjelaskan bahwa inspirasi film Once Upon a Time in Gaza datang dari kehidupan sehari-hari di Gaza. “Kami terus terinspirasi oleh kota kami. Terlepas dari pendudukan, pengepungan, dan kondisi yang tidak manusiawi, kemanusiaan tetap menjadi inti dari keberadaan orang-orang di sana,” kata Tarzan dan Nasser seperti dilansir laman resmi Cannes, Rabu (21/5/2025).

Dalam proses penyutradaraan, Tarzan dan Arab mengaku cenderung mengandalkan intuisi karena mereka tidak memiliki pendidikan formal di bidang sinema. “Kami memulai dari dunia seni rupa. Sinema bagi kami ibarat kanvas kosong tempat kami meluapkan ide dan emosi,” kata filmmaker tersebut.

Tidak hanya menyutradarai, mereka juga terjun langsung dalam membangun set film, pemilihan properti hingga para pemeran. Aktor Majd Eid yang memerankan pedagang dipilih oleh keduanya karena memilih karakter suara yang khas, adapun Nader Abd Alhay (pemeran mahasiswa) dipilih karena memiliki ekspresi yang kuat.

“Wajahnya mencerminkan kesedihan dan kebingungan, sangat cocok untuk peran Yahya,” kata Tarzan Nasser dan Arab Nasser. Untuk proyek mendatang, Tarzan dan Arab tengah menyiapkan film yang berfokus pada tiga perempuan Gaza yang harus berjuang menghadapi berbagai tantangan dalam mempertahankan eksistensi mereka.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement