Selasa 30 Jul 2024 23:24 WIB

Sering Sleep Call? Ubah Kebiasaan Itu Mulai Sekarang, Ini Dampaknya Bagi Kesehatan

Sleep call dinilai bisa berdampak negatif pada kesehatan.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Sleep call (ilustrasi). Menurut pemerhati masalah tidur, sleep call dapat berdampak negatif bagi kesehatan.
Foto: www.freepik.com.
Sleep call (ilustrasi). Menurut pemerhati masalah tidur, sleep call dapat berdampak negatif bagi kesehatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Sleep call menjadi salah satu tren di kalangan remaja dan dewasa ketika menjalin hubungan jarak jauh dengan seseorang. Istilah sleep call menggambarkan kegiatan panggilan video atau panggilan suara melalui gawai yang dilakukan oleh dua orang yang berbeda tempat, sesaat menjelang atau bahkan hingga keduanya tertidur.

Terlepas dari manfaatnya untuk mempererat hubungan, namun sleep call juga bisa berdampak pada kesehatan. Pemerhati masalah tidur dari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (UI), Hening Pujasari, mengatakan bahwa kebiasaan sleep call dapat memberikan efek negatif khususnya terhadap kualitas tidur.

Selain itu, Efek yang paling tampak jelas adalah bahaya paparan cahaya dari layar smartphone. “Paparan sinar UV dari gawai dapat mengganggu produksi Melatonin, hormon yang menimbulkan rasa kantuk,” kata Hening dalam keterangan tertulisnya, dikutip Selasa (30/7/2024).

Karena sleep call dilakukan di jam tidur, lanjut Hening, suara atau bunyi yang masuk melalui telepon dengan mudah bisa mendistraksi tidur. Padahal, untuk mendapatkan manfaat dari tidur atau tidur yang memulihkan (restoratif) perlu durasi dan kedalaman serta tidur yang utuh tidak terputus-putus.

Menurut Hening, kebiasaan lain yang tidak sehat dan banyak dilakukan remaja, yakni bermain gawai hingga larut malam karena keasyikan bermain games, nonton drama online, atau scrolling media sosial. Ia menjelaskan untuk mendapatkan tidur yang memulihkan, seseorang harus berhenti bermain gawai selama satu hingga dua jam sebelum jadwal tidur.

“Jadi, jika akan tidur pukul 22.00 dianjurkan maksimal pukul 21.00 sudah tidak memakai gawai. Jika bisa 2 jam sebelumnya, akan lebih bermanfaat lagi," ujar Hening yang juga merupakan salah seorang pengajar di FIK Ul.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement