Kamis 07 Mar 2024 14:35 WIB

Konsumsi Minuman dengan Pemanis Buatan Berisiko Bikin Detak Jantung tak Teratur

Anda disarankan mengurangi atau menghindari minuman dengan pemanis buatan.

Penderita penyakit jantung (ilustrasi).  Konsumsi minuman dengan pemanis buatan dinilai dapat meningkatkan risiko fibrilasi atrium, yaitu kondisi jantung yang menyebabkan detak jantung tidak teratur.
Foto: www.freepik.com.
Penderita penyakit jantung (ilustrasi). Konsumsi minuman dengan pemanis buatan dinilai dapat meningkatkan risiko fibrilasi atrium, yaitu kondisi jantung yang menyebabkan detak jantung tidak teratur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konsumsi minuman dengan pemanis buatan dinilai dapat meningkatkan risiko fibrilasi atrium, yaitu kondisi jantung yang menyebabkan detak jantung tidak teratur berdasarkan sebuah studi. Dikutip dari Medical Daily pada Kamis (7/3/2023), fibrilasi atrium (AFib) dapat menyebabkan pembekuan darah di jantung dan meningkatkan risiko stroke, gagal jantung, dan komplikasi terkait jantung lainnya.

Diperkirakan 12,1 juta orang di Amerika Serikat akan menderita AFib pada 2030, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC). Studi sebelumnya menemukan hubungan antara risiko penyakit kardiometabolik dan minuman manis. Dalam studi terbaru, para peneliti menyelidiki hubungan antara konsumsi minuman manis dengan gula, minuman buatan pemanis, dan jus buah murni dengan risiko fibrilasi atrium.

Baca Juga

Menurut temuan yang dipublikasikan dalam jurnal American Heart Association, Circulation: Arrhythmia and Electrophysiology, minum dua liter atau lebih minuman buatan pemanis sepekan, meningkatkan risiko kondisi jantung tersebut sebesar 20 persen.

Para peneliti tidak dapat mengonfirmasi apakah minuman manis tersebut menyebabkan fibrilasi atrium, namun hubungannya tetap ada bahkan setelah memperhitungkan kerentanan genetik terhadap kondisi tersebut. Studi ini didasarkan pada kuesioner diet dan data genetik dari lebih dari 200 ribu orang dewasa di UK Biobank.

Peserta tidak memiliki AFib pada saat mereka mendaftar untuk studi ini. Selama periode pemantauan hampir 10 tahun, 9.362 peserta mengembangkan kondisi tersebut.

"Studi kami menunjukkan bahwa konsumsi lebih dari dua liter (sekitar 67 ons) per pekan minuman manis dengan gula terkait dengan risiko 10 persen terjadinya fibrilasi atrium dibandingkan dengan non pengguna, secara independen dari faktor risiko tradisional. Angka itu meningkat menjadi 20 persen bagi orang yang mengonsumsi lebih dari dua liter per pekan minuman buatan pemanis, melampaui risiko yang terkait dengan konsumsi jumlah yang sama dari minuman manis dengan gula," kata penulis utama studi Ningjian Wang.

Para peneliti juga membuat temuan menarik lainnya, bahwa minum satu liter atau kurang jus buah murni per minggu berkaitan dengan risiko fibrilasi atrium yang delapan persen lebih rendah. Selanjutnya, orang yang minum baik minuman manis dengan gula maupun jus murni memiliki asupan gula total yang lebih tinggi.

Sementara, individu yang mengonsumsi jumlah minuman buatan pemanis yang lebih tinggi umumnya wanita, lebih muda, dan memiliki BMI yang lebih tinggi serta prevalensi diabetes tipe dua yang lebih tinggi. Di sisi lain, mereka yang memilih minuman manis dengan gula lebih, yakni laki-laki, lebih muda, dengan BMI yang lebih tinggi, riwayat penyakit jantung, dan status sosial ekonomi yang lebih rendah.

Sedangkan, merokok memperparah risiko fibrilasi atrium, karena perokok dengan lebih dari dua liter per pekan minuman manis dengan gula menghadapi risiko 31 persen lebih tinggi terkena AFib. "Temuan studi kami tidak dapat secara definitif menyimpulkan bahwa satu minuman lebih berisiko bagi kesehatan daripada yang lain, karena kompleksitas diet kita dan karena beberapa orang mungkin minum lebih dari satu jenis minuman," ujarnya.

"Namun, berdasarkan temuan ini, kami merekomendasikan agar orang mengurangi atau bahkan menghindari minuman buatan pemanis dan minuman manis dengan gula. Jangan menganggap remeh bahwa minum minuman buatan pemanis rendah gula dan rendah kalori adalah sehat, karena dapat menimbulkan risiko kesehatan potensial," kata Wang.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement