Selasa 20 Feb 2024 12:32 WIB

Kekerasan Picu Kepribadian Sadistis-Agresif, Mengapa Remaja Rela Diplonco demi Masuk Geng?

Remaja bergabung geng karena dalam fase mencari jati diri.

Rep: Santi Sopia/ Red: Friska Yolandha
Bullying (ilustrasi)
Foto: www.chicago-bureau.org
Bullying (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus perundungan (bullying) di sekolah Binus School Serpong, Tangerang Selatan menghebohkan lini massa X (sebelumnya Twitter). Pasalnya, pelaku bully yang ikut terlibat dalam kasus itu merupakan anak-anak dari sejumlah pesohor.

Kasus perundungan tersebut diduga karena korban hendak masuk menjadi anggota geng. Mengapa anak remaja rela masuk geng yang melakukan kekerasan?

Baca Juga

Psikolog anak,remaja & keluarga, Sani Budiantini Hermawan mengatakan anak rela diplonco atau dibully karena menganggap itu sebagai ajang kekuatan untuk masuk geng. Selain itu, sebagai bentuk kebersamaan satu rasa melalui hal, cobaan dan ujian yang sama.

"Sehingga nanti akhirnya akan menimbulkan solidaritas," kata Sani saat dihubungi, Selasa (20/2/2024).

Akan tetapi cara untuk mencapai solidaritas dengan perploncoan tersebut akan lebih banyak menimbulkan efek negatif dibandingkan dampak positifnya terhadap anak. Dampak masuk geng dengan perilaku kekerasan yang dibenarkan atau diperbolehkan, maka bisa membentuk kepribadian anak menjadi sadistis, agresif, kasar kurang empati dan menghalalakan segala cara.

Terlebih kalau di luar kendali, bisa saja anak jadi berurusan dengan pihak kepolisian di luar sekolah. Jadi, ketika anak ingin mencari reputasi, tetapi dengan cara cepat, maka konsekuensinya pun akan berat.

"Dan yang menjadi korban juga kalau dilaporkan pelaku akan kena sanksi," lanjutnya.

Remaja masuk geng karena mencari....

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement