Rabu 07 Feb 2024 00:04 WIB

Perbedaan Panjang Telunjuk dan Kelingking Ungkap Tipe Kepribadian, Kecenderungan Psikopat

Perbedaan panjang jari tangan dikenal sebagai rasio 2D:4D.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Jari tangan (ilustrasi). Perbedaan panjang jari tangan yang dikenal sebagai rasio 2D:4D.
Foto: Antara
Jari tangan (ilustrasi). Perbedaan panjang jari tangan yang dikenal sebagai rasio 2D:4D.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah peneliti meyakini bahwa kondisi tangan manusia bisa memberikan banyak petunjuk mengenai diri mereka masing-masing. Salah satu hal spesifik terkait tangan yang cukup sering diteliti adalah perbedaan panjang jari tangan yang dikenal sebagai rasio 2D:4D.

Secara umum, rasio 2D:4D ditentukan berdasarkan perbedaan panjang jari telunjuk dan jari manis. Mengacu pada sejumlah penelitian, rasio 2D:4D bisa mencerminkan banyak hal, mulai dari performa olahraga, risiko obesitas, hingga kecenderungan psikopat.

Baca Juga

Menurut dr Ben Serpell dari University of England, rasio 2D:4D yang dimiliki seseorang berkaitan dengan kadar hormon ibu mereka saat mereka dalam kandungan. Dokter Serpell mengatakan rasio 2D:4D biasanya terbentuk pada pengujung trimester pertama dan turut dipengaruhi oleh paparan testosteron dari ayah.

"Perempuan biasanya memiliki rasio 2D:4D yang lebih tinggi daripada laki-laki," jelas dr Serpell, seperti dilansir Mail Online pada Selasa (6/2/24).

Seseorang bisa dikatakan memiliki rasio 2D:4D yang rendah bila jari manis lebih panjang secara signifikan dibandingkan jari telunjuk. Sebaliknya, seseorang dapat disebut mempunyai rasio 2D:4D yang tinggi bila jari telunjuk lebih tinggi dibandingkan jari manis.

Berdasarkan sejumlah studi, rasio 2D:4D yang tinggi dan rendah bisa mencerminkan kecenderungan seseorang terhadap kesehatan hingga kesuksesan dalam hidup. Berikut ini adalah temuan-temuan terkait rasio 2D:4D dari sejumlah studi.

Rasio 2D:4D Rendah

Laki-laki umumnya memiliki rasio 2D:4D yang rendah karena lebih banyak terpapar oleh testosteron dari ayah. Namun, laki-laki dan perempuan yang memiliki rasio 2D:4D jauh lebih rendah dibandingkan normal patut berbangga.

Mengacu pada studi yang dilakukan dr Serpell, rasio 2D:4D yang sangat rendah merupakan tanda potensial dari kesuksesan di antara atlet rugby, ahli bedah, dan jurnalis politik. Alasannya, responsivitas testosteron berkaitan dengan kemampuan untuk menerima dan mengolah informasi.

Studi berbeda menemukan bahwa rasio 2D:4D yang rendah sering kali berkaitan dengan parameter kebugaran fisik. Bahkan, sebuah studi dalam BMC Sport Science, Medicine, and Rehabilitation mengungkapkan bahwa semakin panjang jari manis, semakin baik pula performa atlet dalam hal kekuatan dan kebugaran.

Di sisi lain, rasio 2D:4D yang rendah juga memiliki sejumlah kekurangan. Studi yang dilakukan terhadap ratusan mahasiswa di University of Alberta menemukan bahwa semakin rendah rasio 2D:4D, semakin tinggi tingkat agresi yang dimiliki oleh laki-laki. Yang tak kalah mengejutkan, rasio 2D:4D yang lebih rendah berkaitan dengan gangguan kepribadian hingga kecenderungan psikopat.

"Meski beberapa sifat terkait rasio 2D:4D yang rendah tampak negatif dalam konteks tertentu, dia juga bisa bermanfaat dalam konteks berbeda, misalnya dalam situasi yang kompetitif atau menantang," terang ahli psikoanalisis Dr Seyed Sepehr Hashemian.

Rasio 2D:4D Tinggi

Rasio 2D:4D yang tinggi merupakan pertanda dari rendahnya paparan testosteron dan tingginya paparan estrogen saat seseorang masih dalam kandungan. Menurut beberapa studi, rasio 2D:4D yang tinggi berkaitan dengan kecenderungan dalam merasakan sakit. Studi pada 2015 menunjukkan bahwa perempuan dengan rasio 2D:4D yang lebih tinggi cenderung lebih jarang mengalami migrain.

Di sisi lain, studi di University of Lodz menemukan bahwa wanita cenderung lebih sering menyimpan kelebihan lemak di lengan, kaki, dan paha dibandingkan laki-laki. Berdasarkan temuan ini, tim peneliti mempelajari lebih lanjut mengenai rasio 2D:4D para partisipan. Mereka menemukan bahwa rasio 2D:4D yang lebih tinggi berkaitan dengan kemungkinan obesitas yang lebih besar pada perempuan dan laki-laki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement