Selasa 28 Nov 2023 17:59 WIB

Penderita Diabetes Berisiko Tinggi Alami Pneumonia, Harus Ekstra Waspada

Pneumonia biasa disebut dengan radang paru-paru atau paru-paru basah.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Qommarria Rostanti
Penderita diabetes yang juga menderita pneumonia (ilustrasi). Diabetes merupakan penyakit dengan risiko kesehatan yang tinggi. Penyakit ini memicu berbagai komplikasi salah satunya pneumonia.
Foto: Flickr
Penderita diabetes yang juga menderita pneumonia (ilustrasi). Diabetes merupakan penyakit dengan risiko kesehatan yang tinggi. Penyakit ini memicu berbagai komplikasi salah satunya pneumonia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Diabetes termasuk salah satu penyakit yang banyak dialami masyarakat di Indonesia. Dari data yang diperoleh pada 2021 jumlah pengidap diabetes sebanyak 19,47 juta. 

Diabetes merupakan penyakit dengan risiko kesehatan yang tinggi. Penyakit ini memicu berbagai komplikasi salah satunya pneumonia. Hal ini diungkapkan dokter spesialis penyakit dalam dan travel health expert Eka Hospital BSD, dr Rudy Kurniawan.

Baca Juga

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang ditandai oleh kadar gula darah tinggi (>200 mg/dL). "Kondisi ini tidak hanya memengaruhi sistem metabolik tubuh, tetapi juga dapat meningkatkan risiko terhadap berbagai penyakit lainnya, termasuk pneumonia yang bisa menjadi lebih serius pada individu dengan diabetes," ujarnya disela acara health talk Usir Khawatir Risiko Pneumonia pada Penyandang Diabetes yang diselenggarakan oleh Eka Hospital Group dan PT Pfizer Indonesia, Selasa (28/11/2023). 

Pneumonia atau biasa disebut dengan radang paru-paru atau lebih dikenal juga sebagai paru–paru basah adalah kondisi medis di mana paru-paru mengalami infeksi yang bisa disebabkan oleh bakteri, jamur, atau virus dan berpotensi menyebabkan paru-paru terisi cairan lendir atau nanah yang dapat mengancam nyawa. 

“Baik diabetes tipe 1 atau diabetes tipe 2, seseorang dengan diabetes akan selalu dalam risiko lebih tinggi untuk terkena pneumonia akibat sistem kekebalan tubuh yang menurun, maka dari itu mereka harus lebih ekstra waspada dalam menjaga kesehatannya”, ujar dr Rudy.

Ia menjelaskan pneumonia bisa terjadi pada siapa saja tanpa memandang usia, terutama orang-orang yang memiliki faktor risiko gaya hidup seperti merokok, alkoholisme, dan paparan terhadap asap, gas, juga bahan kimia berbahaya. Termasuk juga faktor komorbid dan penyakit bawaan seperti penyakit kronis paru-paru, jantung, ginjal, diabetes, serta asma. 

"Oleh sebab itu, orang–orang yang memiliki risiko penyakit pneumonia yang tinggi direkomendasikan untuk mendapatkan vaksin pneumonia," ujarnya. 

Vaksin pneumonia

Dijelaskan dr Rudy bahwa semua orang memiliki risiko terkena penyakit pneumonia, dan risiko tersebut meningkat pada bayi di bawah 2 tahun dan orang dewasa di atas 50 tahun. Oleh karena itu vaksin pneumonia sangat dianjurkan karena bertujuan untuk memberikan stimulus pada tubuh guna memproduksi antibodi yang dapat melawan bakteri dan virus.

Pemberian vaksin pneumonia sudah menjadi standar yang dikeluarkan oleh International Diabetes Federation sebagai salah satu jenis vaksin yang direkomendasikan untuk penyandang diabetes di seluruh dunia. Selain vaksin pneumonia, vaksin influenza juga menjadi vaksin yang direkomendasikan untuk penyandang diabetes, ini dikarenakan tak jarang juga pneumonia terjadi karena infeksi penyakit influenza. Vaksin ini juga biasanya direkomendasikan untuk para traveler’s yang berencana ingin melakukan perjalanan.

Vaksin pneumonia konjugat dapat diberikan pada orang dewasa mulai dari usia 18 tahun ke atas dan diberikan satu kali seumur hidup. Vaksin pneumonia sendiri bisa didapatkan di fasilitas layanan kesehatan seperti klinik dan rumah sakit.

Secara terpisah, Policy & Public Affairs Director Pfizer Indonesia dan Filipina, Bambang Chriswanto, menyampaikan bahwa Pfizer sepenuhnya mendukung health talk yang diselenggarakan oleh Eka Hospital Group dan berharap kegiatan ini dapat membantu edukasi masyarakat tentang potensi risiko pneumonia. “Sebagai perusahaan yang berfokus pada pasien, kami senantiasa berkomitmen untuk turut menjalin kemitraan dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang berbagai isu kesehatan, termasuk pneumonia, berkolaborasi dengan pemerintah, asosiasi kesehatan, figur publik, fasilitas kesehatan, dan pemangku kepentingan lainnya” tambahnya.

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement