Senin 06 Nov 2023 06:31 WIB

Angka Kematian Bayi AS Meningkat untuk Pertama Kalinya dalam 20 Tahun

Angka kematian bayi neonatal meningkat sebesar tiga persen.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Friska Yolandha
 Khalil al-Sawadi melihat Afraa, bayi perempuan yang lahir di bawah reruntuhan akibat gempa bumi yang melanda Suriah dan Turki, di kota Jinderis, provinsi Aleppo, Suriah, Senin (20/2/2023). Afraa meninggalkan rumah sakit dan telah pergi ke rumah barunya bersama keluarga bibi dari pihak ayah.
Foto:

Laporan baru, yang mengutip data sementara, menemukan angka kematian bayi meningkat menjadi 5,60 kematian bayi per 1.000 kelahiran, setara dengan 20.538 kematian bayi pada 2022.

“Ini jelas merupakan arah yang salah. Secara keseluruhan, saya hanya berkecil hati,” kata Presiden dan CEO March of Dimes, sebuah organisasi nirlaba advokasi kesehatan ibu dan bayi, Dr Elizabeth Cherot.

Studi NCHS menemukan angka kematian bayi pada 2022 meningkat pada ibu berusia 25 hingga 29 tahun. Tingkat kematian juga meningkat pada bayi prematur, bayi laki-laki, dan bayi yang lahir di Georgia, Iowa, Missouri, dan Texas. Nevada, mengalami penurunan angka kematian bayi.

Laporan tersebut juga menemukan bahwa kelompok ras yang berbeda mengalami tingkat kematian bayi yang berbeda pula. Untuk bayi dari perempuan Indian Amerika atau penduduk asli Alaska, angka kematian meningkat lebih dari 20 persen dari sekitar 7,4 kematian per 1.000 kelahiran menjadi lebih dari sembilan kematian per 1.000 kelahiran. Angka kematian bayi pada perempuan kulit putih juga meningkat sekitar tiga persen.

Laporan tersebut menemukan bahwa tingkat kematian bayi perempuan kulit hitam tidak meningkat banyak, namun bayi kulit hitam mengalami tingkat kematian bayi tertinggi secara keseluruhan yakni hampir 11 kematian per 1.000 kelahiran, atau lebih dari dua kali lipat angka kematian bayi kulit putih.

“Kami tahu bahwa bagi masyarakat yang hidup dalam atau dekat kemiskinan dan kelompok ras dan etnis tertentu, terdapat tantangan besar dalam mendapatkan akses ke dokter atau mendapatkan perawatan,” kata Dr Chung.

Cherot dan Hardeman menggambarkan daerah-daerah dengan tantangan aksesibilitas tersebut sebagai ‘gurun layanan bersalin’, di mana masyarakat (terutama perempuan kulit berwarna) harus berkendara jarak jauh untuk mendapatkan tenaga kerja atau unit persalinan yang langka.

Menurut Hardeman, rasisme dan marginalisasi, khususnya bagi masyarakat adat dan kulit hitam, juga dapat berdampak buruk secara fisiologis terhadap kesehatan. Melatih para dokter dan penyedia layanan kesehatan lainnya tentang hubungan antara kesenjangan dan kesehatan, mungkin dapat menghilangkan beberapa kesenjangan ras dalam kesehatan bayi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement