Kamis 05 Oct 2023 14:42 WIB

Jadi Makanan Favorit, Cek Dulu Titik Kritis Kehalalan Udon

Hidangan mie khas Jepang biasanya identik dengan penggunaan kaldu atau daging babi.

Rep: Santi Sopia/ Red: Natalia Endah Hapsari
Salah satu gerai Marugame Udon. Marugame Udon menjadi salah satu restoran Jepang yang memiliki sertifikat halal.
Foto: Dok. Instagram/@marugameudon
Salah satu gerai Marugame Udon. Marugame Udon menjadi salah satu restoran Jepang yang memiliki sertifikat halal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Udon sudah termasuk makanan khas Jepang yang menjadi favorit bagi masyarakat Indonesia. Namun seorang Muslim tentu perlu memastikan kehalalan makanan asal Negeri Matahari Terbit tersebut.

Umumnya, udon terbuat dari terigu sehingga berbentuk mie yang cukup tebal. Udon biasa disajikan dengan kuah kaldu yang khas.

Baca Juga

Dikutip dari laman Halal MUI, Kamis (5/10/2023), untuk memastikan kehalalan kuliner, tentu bisa memilih produk maupun restoran yang sudah bersertifikat halal. Kendati masakan Jepang kerap mengambil bahan dasar yang halal, bukan berarti otomatis terbebas dari unsur haram.  

Meski bahan utama udon adalah mie yang diracik dengan aneka bumbu ditambah berbagai pilihan topping, hidangan mie khas Jepang biasanya identik dengan penggunaan kaldu atau daging babi. Jadi perlu dipastikan bahan baku yang sudah jelas kehalalannya, tanpa mengurangi kualitas dan cita rasa khas makanan Jepang.

Kemudian masakan Jepang identik dengan penggunaan arak (sake, ang ciu) atau mirin yang masuk dalam golongan khamr. Bahkan penggunaan kaldu sebagai kuah masakan juga berpotensi bersinggungan dengan bahan non-halal. Udon juga sering kali menyertakan kuah dalam penyajiannya. Maka harus diperhatikan pula kuahnya, apakah terdapat bahan yang haram. 

Selama ini, sake, angciu maupun mirin yang merupakan bahan haram, sering menjadi bahan tambahan utama dalam kuliner Jepang.

Direktur Utama LPPOM MUI, Muti Arintawati, mengatakan mirin merupakan bumbu dapur untuk masakan Jepang berupa cairan beralkohol berwarna kuning, berasa manis.

Mirin termasuk dalam kategori khamr, oleh karenanya tergolong sebagai najis. Sedangkan suatu produk disebut halal apabila terbuat dari bahan-bahan halal dan tidak terkontaminasi bahan-bahan najis. “Oleh karenanya penggunaan mirin pada produk halal tidak diperbolehkan,” kata Muti Arintawati.

Kabar baiknya, di Indonesia telah banyak produk maupun restoran Jepang yang telah mengantongi sertifikat halal. Anda dapat mengecek restoran Jepang bersertifikasi halal melalui website www.halalmui.org atau aplikasi Halal MUI yang dapat diunduh di Playstore. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement