Senin 25 Sep 2023 05:28 WIB

Viral Food Vlogger Review Jujur, Bagaimana Etika yang Tepat?

Nex Carlos punya kode sendiri untuk menyebut makanan tidak enak.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Natalia Endah Hapsari
Ada etika sendiri bagi seorang food vlogger ketika melakukan review makanan/ilustrasi
Foto: Unsplash
Ada etika sendiri bagi seorang food vlogger ketika melakukan review makanan/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Food vlogger TikTok disorot, lantaran ada yang melakukan review jujur dan dinilai netizen merusak rezeki penjualnya. Salah satu food vlogger yang terkenal lewat YouTube, Nex Carlos membeberkan bagaimana caranya membuat konten.

Beberapa food vlogger YouTube yang bisa dibilang sebagai pionir awal seperti Nex Carlos, Mgdalenaf, Tanboy Kun, Farida Nurhan, Ken & Grat, Gery Gianza, dan beberapa lainnya, memiliki ciri khas saat me-review makanan. Seperti Nex Carlos, biasanya lebih banyak me-review street food.

Baca Juga

Nex bercerita bahwa untuk menemukan makanan yang enak, biasanya dia mendapat rekomendasi dari banyak orang. “Biasanya kalau yang direkomendasi memang enak. Secara garis besar kebanyakan enak,” ungkap Nex dalam sebuah talkshow beberapa waktu lalu.

Ketika makanan yang dicobanya tidak enak, Nex tidak pernah mengucapkan secara lugas, biasanya ia memakai istilah tersendiri. Biasanya ia menyebut SNI (standar nasional Indonesia), artinya semua orang bisa membuat makanan itu dengan rasa yang sama.

“Karena gue percaya, setiap rumah makan nggak akan pernah bikin makanan yang nggak enak. Nggak mungkin. Buat dia ngerasa pasti enak kan. Itu balik lagi ke masalah selera,” papar Nex Carlos yang videonya sempat trending YouTube karena bangku yang didudukinya patah.

Jika makanan yang di-review enak, Nex pun memiliki kode tersendiri seperti menyebut “Badabest” atau “Nggak ada obat”. Nex Carlos merasa tidak enak hati jika harus terang-terangan menyebut makanan tersebut tidak enak.

Ia juga mengatakan bahwa makanan yang sama di tempat berbeda, juga memiliki rasa yang berbeda. Seperti pengalaman pertamanya memakan rujak cingur dan membuatnya kaget dengan rasanya. Namun ketika memakan kedua kalinya di tempat lain, rasanya justru enak.

“Ternyata beda tempat, beda rasa,” ucap Nex yang menyebut sesepuh di dunia review makanan adalah mendiang Bondan Winarno dengan ‘Maknyus’-nya. Nex juga mengatakan bahwa ketika review selalu menggunakan bahasa sehari-hari agar mudah dimengerti oleh semua kalangan.

Tetapi bagi Nex, ia menyadari apa yang ia sampaikan akan berpengaruh bagi penjual. Sehingga ia menegaskan tidak akan menyebut suatu makanan tidak enak.

Kemudian untuk penjual yang ia datangi, biasanya mendadak dan langsung meminta izin. “Kalau nggak diizinin, ya nggak masalah,” ujar Nex yang menyebut selalu membayar makanan yang di-review.

Untuk diketahui, review jujur dari food vlogger TikTok memang sedang bertebaran di FYP. Namun, beberapa ada yang menganggap ini terlalu kejam dan merugikan sang penjual. Sementara yang lainnya justru mendukung agar penjual bisa introspeksi dan memperbaiki apa yang menjadi kritikan.

Yang terbaru adalah review jujur dari akun Aa’ Juju dan Codeblue yang mendatangi Warung Makan Bang Madun Nyak Kopsah, Tangerang, Banten. Yang tersorot dari review kedua akun ini adalah suasana tempat makannya yang kurang nyaman karena sampah berserakan.

Yang juga disorot adalah cara membungkus makanan pembeli yang tidak habis dimakan di tempat. Penjual menyerahkan kantong kresek merah dan menyuruh pembeli untuk membungkus makanan itu sendiri.

Food vlogger YouTube Farida Nurhan yang sempat me-review positif tempat makan tersebut, mengingatkan para food vlogger TikTok itu agar lebih beretika saat me-review makanan. Apalagi warung makan yang telah menjalankan usahanya selama 25 tahun. “Kalau disikapi positif, menurut saya Aa’ Juju justru konsumen yang baik dan jujur biar jadi masukan buat kesuksesan usaha Nyak Kopsah ke depannya, menurut saya,” ujar akun @kopi*** berkomentar pada video review jujur di akun Aa’ Juju.

Beberapa netizen juga menyebut cara penyampaian Aa’ Juju dalam review jujur ini sudah menggunakan bahasa yang tidak frontal. Hanya memperlihatkan video sebagai bukti, sehingga yang menonton bisa langsung ikut menilai sendiri.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement