REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivitas fisik setiap hari dapat membantu anak-anak mengatasi stres dengan lebih baik, serta membuat mereka lebih Tangguh. Hal ini merujuk pada studi yang dipublikasikan di Journal of Science and Medicine in Sport.
Dalam studi ini, ditemukan bahwa peserta yang berolahraga lebih dari satu jam per hari, sesuai dengan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menghasilkan lebih sedikit kortisol daripada anak-anak yang kurang aktif. Kortisol merupakan hormon yang dihasilkan saat stres.
"Anak-anak yang aktif tampaknya memiliki reaksi stres fisiologis yang lebih rendah secara umum,” kata penulis utama Manuel Hanke, dari University of Basel di Swiss seperti dilansir Siasat Daily, Jumat (8/9/2023).
Ketika anak-anak secara teratur berlari, berenang, memanjat, dan lain-lain, otak belajar mengasosiasikan peningkatan kortisol dengan sesuatu yang positif. Asosiasi positif ini membantu mencegah konsentrasi kortisol naik ke tingkat yang terlalu tinggi saat ujian sekolah.
Penelitian ini dilakukan terhadap 110 anak berusia antara 10 dan 13 tahun yang mengenakan sensor yang melacak pergerakan harian mereka selama seminggu. Para peneliti kemudian membawa para peserta ke laboratorium dalam dua kesempatan terpisah, untuk menyelesaikan tugas yang membuat stres dan tugas kontrol yang tidak membuat stres.
Peneliti menguji reaksi stres fisik anak-anak melalui konsentrasi hormon stres kortisol dalam air liur anak. Dengan analisis sampel air liur, para peneliti juga memeriksa reaksi kognitif terhadap tugas stres dengan merekam gelombang otak partisipan melalui elektroensefalogram (EEG).
"Stres dapat mengganggu proses berpikir. Beberapa dari kita mengenal hal ini dalam bentuk yang paling ekstrim yaitu blackout,” kata Sebastian Ludyga dari University of Basel di Swiss.
Tim peneliti sekarang bertujuan untuk menentukan apakah aktivitas fisik juga memiliki pengaruh terhadap efek kognitif dari stres.