Senin 28 Nov 2022 21:38 WIB

Anak dengan Kelainan Jantung Bawaan Bisa Aktivitas Fisik, Ini Syaratnya

Ada sejumlah persiapan yang harus dilakukan sebelum anak lakukan aktivitas fisik.

Sejumlah hal yang perlu disiapkan orang tua sebelum anak dengan riwayat penyakit jantung bawaan diperkenankan melakukan aktivitas fisik.
Foto: Wikimedia
Sejumlah hal yang perlu disiapkan orang tua sebelum anak dengan riwayat penyakit jantung bawaan diperkenankan melakukan aktivitas fisik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fisioterapis dari Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita Nurlaila, Sst.Ft, mengungkap, sejumlah hal yang perlu disiapkan orang tua sebelum anak dengan riwayat penyakit jantung bawaan diperkenankan melakukan aktivitas fisik. "Pastikan lingkungan anak untuk beraktivitas itu aman. Jadi kita tahu anaknya ada di mana, di usia berapapun dia, mau balita atau anak-anak sekolah," kata fisioterapis yang akrab disapa Ela itu dalam Bincang Sehat PJNHK' diikuti secara virtual di Jakarta, Senin (28/11/2022).

Menurut Ela, luka bekas operasi biasanya rentan rusak karena dipengaruhi faktor lingkungan yang kotor sehingga bakteri dapat lebih mudah menginfeksi bekas luka tersebut. Dia mengatakan, aktivitas yang mendekati normal biasanya disarankan untuk dilakukan pada waktu enam minggu pascapembedahan. Rentang waktu itu merujuk pada kondisi luka bekas operasi yang dianggap relatif sudah lebih aman dibanding kondisi sebelum enam minggu.

Pada usia balita, imbuh dia, sebetulnya tidak ada pembatasan aktivitas fisik yang signifikan pasca pembedahan hanya saja dibutuhkan kewaspadaan jika menemukan tanda anak mulai tampak kelelahan. Orang tua juga disarankan memegang tubuh anak pada bagian yang aman saja untuk menghindari efek sakit pada bekas luka.

Baca Juga

Ela mengingatkan pentingnya pemenuhan hak anak dalam bereksplorasi, sebab itu tidak ada pembatasan aktivitas yang signifikan. Dia menyarankan agar orang tua dapat memberikan stimulasi pada anak mengingat anak dengan penyakit jantung bawaan biasanya juga mengalami keterlambatan perkembangan.

Sementara pada kasus usia anak sekolah, Ela mengatakan anak diperbolehkan untuk melakukan aktivitas seperti biasa di sekolahnya akan tetapi disarankan untuk tidak melakukan olahraga yang bersifat kompetitif atau berat.

"Tidak boleh juga ikut nge-gym, angkat beban, itu sama sekali tidak dibolehkan. Bahkan di tiga bulan awal (setelah operasi) itu tidak boleh. Terus juga mengendarai kendaraan, bagi yang sudah bisa, sebaiknya dihindari," ujar dia.

"Tapi pada dasarnya, kalau aktivitas seperti boleh, kok, ke sekolah, bersosialisasi, berkumpul. Tapi anaknya diingatkan, 'nanti kalau kamu merasa begini atau begini, ya, stop dulu ya'," imbuh Ela.

Dia juga mengingatkan agar anak harus tetap terhubung dengan layanan kesehatan walaupun tindakan operasi sudah berlalu sejak lama atau beberapa tahun berlalu. Hal ini, imbuh Ela, penting untuk dilakukan demi memastikan kualitas hidup anak semakin membaik sehingga keberlangsungan hidupnya tetap normal.

Sebelum anak diperbolehkan untuk pulang ke rumah pasca-operasi, Ela mengatakan, sebetulnya pihak rumah sakit pada dasarnya telah mempersiapkan kesiapan anak untuk beraktivitas pada saat 24 jam setelah tindakan operasi dilakukan. Persiapan yang dilakukan pihak rumah sakit mulai dari melatih pasien untuk bernapas secara normal sehingga perlahan tidak bergantung dengan ventilator, melatih pasien untuk menggerak-gerakkan anggota tubuhnya, hingga mendorong pasien untuk bermain sehingga diharapkan fungsi sosial dan psikisnya mulai pulih.

"Itu tujuannya apa, tujuannya pertama mengembalikan juga fungsi-fungsi tersebut. Jadi kita tahu, nih, oh kalau dia bergerak apa sih respons tanda-tanda vitalnya," kata Ela.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement