REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis anak lulusan Universitas Indonesia dr I Gusti Ayu Nyoman Pratiwi (Tiwi), SpA, MARS, mengingatkan para orang tua perlu dalam kondisi yang sehat saat merencanakan kehamilan. Itu sebabnya, gaya hidup sehat harus menjadi perhatian dan selalu didengungkan.
"Ini agar janin yang bakal terbentuk sehat serta pertumbuhan di dalam kandungan optimal," ujar dia yang berpraktik di RSIA Bunda Jakarta, Selasa (5/9/2023).
Tiwi yang tergabung dalam Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu mengatakan bahwa sehat tidak semata-mata bebas dari penyakit, utuh organ dan fungsi tubuh, melainkan juga secara emosional. Orang tua, sambung dia perlu siap dan menyiapkan lingkungan yang sehat dan baik untuk anak-anaknya.
Tiwi lalu menuturkan tingkat kesadaran orang tua khususnya ibu melakukan upaya preventif menjadi kunci penting dalam mengurangi risiko stunting pada anak. Upaya preventif ini seperti dimulai dalam masa kehamilan dapat mencegah terjadinya komplikasi kehamilan serta mengedukasi para ibu mengenai langkah-langkah penting yang perlu dilakukan untuk memastikan kehamilan berjalan dengan sehat.
Pengurangan risiko stunting anak juga dapat dilakukan dengan menjalani gaya hidup sehat serta mengendalikan kondisi kesehatan yang ada pada ibu, seperti menjaga tekanan darah dan tingkat gula darah.
Tiwi mengatakan, rangkaian layanan kesehatan ibu hamil disebut sebagai antenatal care (ANC), yang mencakup identifikasi risiko, pencegahan, dan penatalaksanaan kehamilan yang disertai dengan penyakit.
Layanan ANC ditujukan untuk memastikan bahwa kondisi ibu dan janin sehat selama kehamilan, sehingga dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi perinatal.
“Saat ini layanan kesehatan preventif telah menjadi layanan yang sering dimanfaatkan oleh pasien ibu dan anak, khususnya pemeriksaan kehamilan dini untuk ibu. Kualitas tumbuh kembang anak memang perlu dipersiapkan sejak dini, sejak mempersiapkan kehamilan atau prakonsepsi," jelas Partiwi.
Kemudian, upaya yang bisa dilakukan usai anak lahir, antara lain dengan memantau tumbuh kembang anak, pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan, hingga pemberian MPASI (makanan pendamping ASI setelah masa ASI eksklusif).
Layanan kesehatan preventif diketahui telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat proporsi pengeluaran kesehatan untuk biaya pelayanan kesehatan preventif pada 2022 mencapai 29,13 persen dibandingkan tahun 2020 yang hanya 15,70 persen.
Hal ini menunjukkan selama 3 tahun terakhir telah terjadi tren peningkatan pada layanan kesehatan preventif, termasuk dalam mempersiapkan peran ibu dan keluarga untuk menerima kelahiran dan tumbuh kembang bayi secara optimal.
Sementara itu, data RSIA Bunda Jakarta mencatat pemeriksaan kehamilan menjadi salah satu tren layanan kesehatan terkini. Sedangkan tren layanan kesehatan preventif lainnya meliputi tumbuh kembang anak serta nutrisi dan asupan gizi anak.