REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sutradara film Barbie, Greta Gerwig, buka suara tentang lelucon yang dianggap menyinggung penggemar film Justice League karya Zack Snyder di film arahannya. Meskipun Barbie saat ini dipuji atas meta humor dan penceritaannya yang cerdas, beberapa fandom Snyder mempermasalahkan sebuah momen yang tampaknya membidik basis penggemar sutradara tersebut.
Menjelang ending film, ketika Alexandra Shipp yang berperan sebagai salah satu Barbie terbangun dari pencucian otak yang dilakukan oleh Kens, ia mengatakan: "Saya seperti berada dalam sebuah mimpi di mana saya benar-benar terlibat dalam film Justice League arahan Zack Snyder”.
Mengenai adegan tersebut, Gerwig mengaku bahwa tidak menyadari betapa militannya fandom Snyder sebelum membuat lelucon tentang Justice League di film Barbie. Menurutnya, lelucon tersebut hanya ingin menunjukkan bagaimana karakter Shipp yang menjadi sangat tertarik pada sesuatu, tetapi memiliki pengetahuan yang samar-samar, sesuai dengan pengetahuannya tentang masalah tersebut.
“Saya tidak memiliki kepentingan apapun dalam hal ini. Saya juga tidak familier dengan lelucon ini sampai banyak di antara penggemar Zack Snyder yang protes. Tapi saya pikir itulah masalahnya, seperti jika (penulis Barbie) memiliki pengetahuan yang samar, dan tiba-tiba dalam kondisi tertentu, hal itu sangat berarti namun kemudian itu tidak lagi,” kata Gerwig seperti dikutip dari Collider, Sabtu (22/7/2023).
Di media sosial secara umum dan di Twitter secara khusus, para penggemar Zack Snyder memiliki reputasi sebagai penggemar yang mengagumi segala sesuatu yang digarap oleh sang sineas, dan kerap menyerang siapapun yang berbeda pendapat. Misalnya, gerakan besar-besaran tersebut memberikan tekanan pada Warner Bros untuk merilis versi Snyder dari Justice League setelah studio tersebut benar-benar mengubah visi sutradara terkait film itu.
Dengan semakin banyaknya orang yang berkesempatan untuk menonton Barbie, ada kemungkinan kita akan melihat bagaimana lelucon tersebut berdampak pada para penggemar Zack Snyder dalam jangka panjang. Namun, lelucon tersebut terdengar lebih mengarah pada potensi perilaku toksik yang dapat dikembangkan oleh beberapa orang di internet, bukan pada film Justice League yang berdurasi empat jam itu sendiri.