REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aliansi Produser Film dan Televisi (AMPTP) menanggapi aksi mogok kerja yang dilakukan penulis naskah dan aktor Hollywood. Aksi mogok kerja dilakukan dengan alasan ada ancaman eksistensial profesi.
AMPTP mewakili produser-produser Hollywood dan sejumlah studio besar, seperti Disney, Netflix, dan Amazon serta layanan streaming. AMPTP mengatakan pemogokan itu adalah pilihan serikat pekerja, bukan pilihan aliansi.
Aliansi menyatakan serikat pekerja telah menolak tawaran gaji bersejarah dan kenaikan residual dari sudio. Kemudian menolak batas yang jauh lebih tinggi untuk pensiun dan kontribusi kesehatan, perlindungan audisi, periode opsi seri yang dipersingkat, proposal kecerdasan buatan (AI) terobosan yang melindungi kemiripan digital aktor, dan banyak lagi.
Menurut aliansi itu, aksi Screen Actors Guild- Federasi Artis Televisi dan Radio Amerika (SAG-AFTRA) bisa memperdalam kesulitan keuangan bagi ribuan orang yang bergantung pada industri untuk mata pencaharian mereka. CEO Disney Bob Iger, yang baru-baru ini memperpanjang kontraknya selama dua tahun mengatakan aksi mogok kerja akan memiliki efek yang sangat merusak seluruh industri perfilman. Dia menyebut ada ekspektasi dari SAG-AFTRA dan Writers Guild of America (WGA) yang tidak realistis.
"Ada tingkat ekspektasi yang dimiliki (SAG-AFTRA dan WGA) yang tidak realistis," kata Iger kepada CNBC Kamis pagi, dikutip Sabtu (15/7/2023).
SAG-AFTRA mewakili lebih dari 160 ribu aktor layar, jurnalis penyiaran, penyiar, pembawa acara, dan pemeran pengganti. Pemogokan hanya memengaruhi 65 ribu aktor serikat pekerja dari produksi televisi dan film, yang memberikan suara sangat besar untuk mengizinkan para pemimpin mereka melakukan pemogokan sebelum pembicaraan dimulai pada 7 Juni.
Aktor Broadway mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka berdiri "dalam solidaritas" dengan pekerja SAG-AFTRA.