Rabu 13 Aug 2025 15:42 WIB

Anugerah LSF 2025 Soroti Budaya Sensor Mandiri

Sejak 2021, LSF mencanangkan Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Ketua Panitia Anugerah LSF 2025 Gustav Aulia. Anugerah LSF 2025 mengusung tema Suar Ragam Layar untuk Indonesia.
Foto: Instagram/@gustavaulia
Ketua Panitia Anugerah LSF 2025 Gustav Aulia. Anugerah LSF 2025 mengusung tema Suar Ragam Layar untuk Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anugerah Lembaga Sensor Film (LSF) 2025 hadir dengan konsep baru yang lebih fokus pada sensor mandiri. Acara ini dirancang untuk mendukung ekosistem perfilman Indonesia agar dapat menghasilkan tontonan berkualitas yang aman dan sesuai untuk semua kalangan masyarakat.

Konsep ini merupakan bagian dari gerakan nasional yang dicanangkan oleh LSF sejak 2021. Ketua Panitia Anugerah LSF 2025 Gustav Aulia mengatakan sensor mandiri kini menjadi inti dari penghargaan tersebut.

Baca Juga

“Karena sejak 2021 Lembaga Sensor Film mencanangkan Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri, maka program prioritas ini kami leburkan untuk menjadi bagian dari apresiasi, hampir seluruhnya dari 18 kategori memiliki nama sensor mandiri terbaik atau peduli sensor mandiri,” ujar Gustav dalam konferensi pers, Rabu (13/8/2025).

Menurut Gustav, pendekatan ini bertujuan untuk menyosialisasikan gerakan LSF agar masyarakat tidak hanya bisa memilih tontonan, tetapi juga menjadi pengingat bagi para sineas. Dengan begitu, pembuat film didorong untuk menentukan target penonton mereka sejak awal dan menerapkan sensor mandiri dari mulai produksi hingga promosi. Untuk memperkuat kampanye ini, LSF juga menggunakan maskot badak Jawa bercula satu yang merepresentasikan LSF sebagai lembaga yang mengayomi dan melindungi masyarakat dalam hal literasi menonton sesuai usia.

Untuk Anugerah LSF 2025, total ada 58.415 materi film, iklan promosi, dan tayangan televisi yang masuk ke dalam sistem e-SiA S LSF (Sistem Administrasi Penyensoran Berbasis Elektronik). Materi-materi tersebut dikurasi untuk dipilih menjadi tiga nominasi di setiap kategori.

Beberapa kategori yang dihadirkan, antara lain "Film Bioskop Semua Umur Sensor Mandiri Terbaik" dan "Poster Film Sensor Mandiri Terbaik". Selain itu, ada juga empat kategori untuk televisi, seperti "Televisi Sensor Mandiri Terbaik" dan "Televisi Peduli Pendidikan".

Ketua Dewan Juri Anugerah LSF 2025 Hadi Artomo, menjelaskan proses penilaian dilakukan secara independen. Penilaian meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif.

"Penjurian dilakukan secara independen dengan mempertimbangkan kualitas artistik, nilai edukasi, dan kontribusi terhadap budaya bangsa," kata Hadi.

Ia mengatakan, penilaian ini juga berpegang pada Pedoman dan Kriteria Penyensoran, Penggolongan Usia penonton, dan Penarikan Film dan Iklan Film dari Peredaran, sesuai Permendikbud No. 14 Tahun 2009. Saat ini, sudah ada 10 nomine yang terpilih, dan nantinya akan dikerucutkan menjadi tiga besar sebelum pemenang diumumkan.

Anugerah LSF 2025 mengusung tema “Suar Ragam Layar untuk Indonesia”. Hal ini juga tercermin dari trofi baru yang didesain ulang. Jika sebelumnya trofi berbentuk pita seluloid, kini trofi tersebut berbentuk api atau suar, yang dihiasi ornamen ukiran dan batik Nusantara. Perubahan trofi ini menandai tanggung jawab LSF kepada Presiden melalui Kementerian Kebudayaan, yang kini berdiri sendiri. Puncak acara Anugerah LSF 2025 akan disiarkan secara langsung di stasiun televisi nasional pada tanggal 7 September 2025 pukul 19.00 WIB.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement