REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak akun media sosial (medsos) yang menggunakan kata "skena". Akan tetapi, kata itu dipahami dengan banyak makna. Tak jarang, makna itu memiliki representasi arti yang sangat bertolak belakang.
Box2Box Indonesia dengan akun Twitter @Box2boxID bahkan menyatakan peringatan tanda bahaya akan penggunaan kata skena yang beredar di masyarakat. Dikhawatirkan, skena telah menjadi bahan bercandaan yang malah melenceng jauh dari makna sebenarnya.
"Skena jadi bahan bercandaan. Terkena stereotipe konten 'Sebutkan tiga lagu...' dari kaus band yang dipakai. Gagal menjawab, Anda ketahuan poser," tulis Box2Box Indonesia.
Dijelaskan bahwa stereotipe yang umum terjadi adalah dandanan para penggiatnya yang diciri-cirikan. Misalnya dengan sepatu docmart, tato kecil, skinny jeans, kaca mata bulat, totebag, rambut dicat dua warna, dan sebagainya.
Bahkan, playlist akun musik mereka yang autentik pun ditertawai. "Paling parah: Skena dijadikan singkatan asal-asalan," kata Box2Box Indonesia.
Misalnya saja, dijelaskan lagi, ada akun gosip yang mengarang singkatan skena menjadi: sua, cengkrama, dan kelana. "Untung saja ada baliho tabligh akbar yang bikin singkatan menyejukkan: (S)emua (k)ar(ena) Allah," tulis Box2Box Indonesia.
Box2Box Indonesia pun menilai kondisi ini sudah dalam tahap darurat. Karena mengutip Banda Neira, "Yang sia-sia akan jadi makna."
Akun ini pun mencoba memberikan penjelasan yang lebih mudah diterima mengenai skena. Melalui cuitannya, dijelaskan bahwa skena itu pada dasarnya merupakan terjemahan bebas dari kata scene dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Indonesia, kata ini diterjemahkan dengan lebih mudah dan bahkan telah lama digunakan sejak lama, yaitu kancah musik.
"Jadi, skena bisa dibilang arena, medium, atau ruang bagi orang yang mencintai musik. Baik musisi, pendengar, jurnalis, pembuat merchandise, label rekaman, event organizer, admin akun meme, dsb," tulis Box2Box Indonesia.
Dalam berbagai unggahan di lini masa digital, beredar juga istilah 'pegiat skena'. Jika melihat representasi kata ini dalam bahasa Inggris, ini dikenal juga istilah scenester.
"Dalam hal ini, musik mereka diproduksi secara independen," kata Box2Box Indonesia.
Maksudnya adalah aliran musik yang digemari para pegiat skena biasanya berbeda dari buatan musisi mainstream arahan label besar yang mengikuti permintaan pasar demi meraup keuntungan besar.
"Skena berbasis komunitas yang orang-orangnya mencintai musik. Oleh sebab itu, aliran yang dimainkan cenderung eksploratif seperti indiepop, alt-rock, shoegaze, black metal, punk, doom, noise, surf-rock, hip-hop, dan... you name it," tulis Box2Box Indonesia.