REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Musik indie tak sekadar menyuguhkan ruang apresiasi dalam berkarya saja. Sejatinya, musik ini bisa menjadi cermin untuk membidik segmentasi generasi milenial di negeri ini.
"Musik indie itu sangat kekinian. Kami melihat mereka sangat milenial. Jika boleh jujur, performa mereka banyak yang bagus dan sangat kaya dengan kreatifitas," kata Yuanita Ayu Pratama dari Melody Cafe saat berbincang ringan dengan wartawan di Jakarta, pekan lalu.
Melody Cafe merupakan ruang bercengkrama yang berada di kawasan Jakarta Selatan. Sebagai penanda soft launching, Ayu menggandeng promotor musik dari Deteksi Production untuk menghajat acara Road to International Indie Music Festival (IIMF 2018). Acara ini merupakan bagian dari penyelenggaraan Pekan Raya Indonesia (PRI) yang akan dihajat di ICE BSD Tangerang pada September mendatang.
"Penampilan musisi-musisi indie di sini (Melody Cafe) memperlihatkan bahwa musikalitas mereka sangat kaya kreatifitas. Jadi sungguh wajar kalau kami memberikan apresiasi buat mereka," ujarnya.
Hal yang sama disampaikan pula oleh Deddy EF Andu sebagai perwakilan penyelenggara kegiatan PRI 2018. Ia juga berharap dengan hadirnya IIMF 2018 akan menambah semarak dari penyelenggaraan PRI tahun ini.
"Musik menjadi bagian yang menghibur dan menarik. Kami melihat potensi itu sangat besar dimiliki oleh komunitas musik indie," ujarnya.
Untuk penyelenggaraan IIMF 2018, pihak promotor dari Deteksi Production akan menampilkan para musisi indie yang berasal dari 15 Provinsi dan 20 kota di Indonesia. Band lokal tersebut sebagian di antaranya bakal berkolaborasi dengan 30 musisi indie internasional.
Di antara deretan musisi indie lokal yang bakal tampil ada White Shoes & the Couples Company, Mocca, Bangku Taman, fourtwnty, Superman Is Dead, Efek Rumah Kaca, Sore, Grass Rock, hingga Barasuara.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
