REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis anak Agus Fitrianto menyebutkan di Indonesia terdapat cukup banyak penderita talasemia. Ia mengungkapkan bahwa Indonesia termasuk dalam daerah sabuk talasemia.
"Di Indonesia cukup banyak kasus talasemia karena dilewati oleh sabuk talasemia," katanya dalam acara diskusi memperingati Hari Talasemia Sedunia yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa (9/5/2023).
Agus menjelaskan penyakit talasemia merupakan penyakit yang disebabkan oleh kelainan genetik yang dibawa oleh salah satu nenek moyang yang melintasi wilayah Indonesia pada zaman dahulu. Talasemia dapat menurun secara genetik kepada anak penderita talasemia jika seseorang pembawa gen menikah dengan seseorang lainnya yang juga membawa gen talasemia yang kemudian melahirkan keturunan.
"Idealnya, kalau ada anggota keluarga memiliki gejala talasemia, maka keluarga wajib melakukan skrining untuk membantu langkah penanganannya," kata dokter yang praktik di Rumah Sakit Umum Daerah Prof Dr. Margono, Banyumas, Jawa Tengah itu.
Agus mengatakan gejala talasemia pada anak biasanya adalah wajah sering pucat, gangguan pertumbuhan, warna kulit sedikit kuning, dan pembesaran perut yang nampak cembung. Namun, Agus menegaskan cara terbaik untuk mengetahui seseorang terkena penyakit talasemia adalah dengan melakukan pemeriksaan darah karena talasemia merupakan penyakit genetik dan bisa diketahui secara pasti melalui cek darah.
"Nantinya bisa dipastikan dengan Elektroforesis Hb (pemeriksaan hemoglobin) untuk menemukan kelainan Hb nya," ujarnya.
Agus mengatakan penyakit talasemia dibagi menjadi tiga, yakni talasemia minor, intermediat, dan mayor. Pada penderita talasemia minor dan intermediat, pasien tidak bergantung pada transfusi darah yang rutin, sedangkan pada talasemia mayor, pasien memerlukan transfusi darah yang rutin seumur hidupnya.