REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Tampak tetap awet muda dan cantik menjadi kebutuhan para wanita. Tak jarang untuk memenuhi keinginan itu, wanita memilih melakukan perawatan ke klinik kecantikan.
Filler adalah salah satu layanan anti penuaan dini yang sering dipilih oleh wanita, terutama umur 30-an. Itu karena filler bisa mengatasi masalah kerutan atau guratan halus di kulit wajah, diantaranya menghilangkan garis senyum, kantong mata, atau keriput di dahi dan sudut mata.
Selain itu, filler juga berfungsi untuk memberikan volume sehingga wajah tambah lebih plump, awet muda dan membentuk wajah, seperti pipi lebih tinggi, pelipis lebih berisi, dagu lebih berbentuk, dan rahang tidak kempot.
Jika Anda tertarik melakukan filler atau telah menjalankan tindakan filler di suatu klinik kecantikan, pastikan yang melakukan tindakan adalah seorang dokter, bukan tenaga medis non-dokter.
Ini karena tindakan tersebut amat berisiko tinggi serta kemungkinan bisa mengalami efek samping jika tindakan tersebut dilakukan oleh tenaga medis bukan dokter. Faktanya, banyak tenaga medis bukan dokter yang melakukan tindakan yang mungkin didapat karena sekadar pengalaman kerja atau kursus singkat.
Ahli di bidang estetika dan anti-aging sekaligus pendiri Cyn Clinic, dr Cynthia Jayanto M. Biomed (AAM), tindakan filler itu sebaiknya dikerjakan oleh tenaga medis dokter yang sudah kompeten dan biasa mengerjakan tindakan filler tersebut. Karena secara aturan filler harus dilakukan dilakukan oleh dokter dan sebaiknya memang berpengalaman dan berlisensi di bidang estetik.
Jika dilakukan oleh tenaga medis non-dokter, apalagi tidak berlisensi, konsumen bisa saja berisiko tinggi mengalami efek samping, seperti pembengkakan, infeksi, nekrosis, granuloma di wajah. Atau, dalam kata lain, seseorang mengalami malapraktik yang mereka tidak bisa mengatasi masalah dan keluhan tersebut.
"Tenaga medis nondokter itu tidak tahu standar keseluruhan dari treatment filler dan juga secara teknis. Inilah awal dari masalah orang yang mengalami masalah filler," ujar dokter Cynthia dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Ahad (26/3/2023).
Ia mengungkapkan di Cyn Clinic, mereka sering menerima pasien yang mengalami nekrosis. Terbaru, mereka menerima pasien mengalami nekrosis akibat filler dagu yang dikerjakan oleh tenaga medis bukan dokter. Ketika itu pasien datang dengan keluhan bengkak dan setelah di-filler makin bengkak, nyeri, dan nekrosis kebiruan.
"Inilah yang kemudian menjadi kepedulian kami, bahwa perlu bersikap hati-hati atas tawaran treatment yang diberikan oleh klinik kecantikan yang sekarang menjamur. Jangan gampang tergiur hanya dengan harga murah," kata dr Cynthia.
Ia menambahkan bahwa pasien yang sudah mengalami nekrosis biasanya kualitas hidupnya menurun, yaitu suka mengalami demam dan menggigil saat tidur malam. Ditambah, proses penyembuhannya tidak bisa instan atau dalam sekali datang, plus proses pengobatannya juga relatif sakit.
"Karena kalau sudah bengkak, pasti ada nanah di dalamnya, akibat adanya sel-sel dan jaringan hidup yang mati. Itu semua harus dikeluarkan dulu nanahnya, itulah tantangannya. Kalau sudah keluar semua nanahnya, baru bisa diobati," kata dokter anti-aging lulusan dari Universitas Udayana ini.
Waktu penyembuhannya sendiri bergantung pada derajat keparahannya. Tapi, umumnya menghabiskan waktu berbulan-bulan karena harus secara melakukan pemeriksaan berkala.