Jumat 03 Mar 2023 13:37 WIB

40 Persen Orang di Jakarta Usia 15 Tahun ke Atas Perutnya Buncit

IDAI menyebut, buncit atau obesitas sentral lebih bahaya dari obesitas biasa.

Perut buncit. IDAI menyatakan, 40 persen orang di Jakarta berusia 14 ke atas mengalami obesitas sentral atau buncit. (ilustrasi)
Foto: www.freepik.com
Perut buncit. IDAI menyatakan, 40 persen orang di Jakarta berusia 14 ke atas mengalami obesitas sentral atau buncit. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso mengingatkan, berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 40 persen penduduk Jakarta berusia 15 tahun ke atas kini sudah mengalami obesitas sentral. Obesitas sentral lebih berbahaya dibandingkan obesitas biasa.

"Di data Riskesdas kan sekitar 40 persen, mungkin sekarang sudah lebih, 40 persen orang di Jakarta usia 15 tahun ke atas itu buncit. Obesitas sentral. Itu lebih bahaya dari obesitas yang biasa. Karena visceral fat itu nanti kaitannya dengan diabetes, hipertensi, dan seterusnya," kata Piprim saat dijumpai di Gedung Dr R Soeharto, Jakarta Pusat, Kamis (2/3/2023).

Baca Juga

Dia mengatakan, kini obesitas sudah menjadi epidemi di dunia. Mayoritas segala usia dapat mengidap obesitas. Tak hanya di Indonesia, Piprim pun mengambil contoh kasus obesitas di Eropa. Dia memaparkan bahwa pada tahun 2001, tingkat obesitas hanya sekitar 1 persen, namun pada 2016 meningkat menjadi 11 persen.

"Di Indonesia pun enggak jauh beda. Obesitas kita kan anak-anak itu sekitar 10 sampai 11 persen. Jadi enggak jauh beda dengan negara-negara lain. Lagi-lagi obesitas sama diabetes dan sindrom metabolik itu bagaikan satu paket gitu," jelasnya.

 

Piprim juga mengingatkan bahwa obesitas juga bisa menimbulkan risiko penyakit ganas lainnya seperti strok, penyakit ginjal, hingga kanker. Oleh sebab itu, dia mengimbau agar masyarakat menerapkan pola makan dan gaya hidup sehat untuk menghindari kondisi tersebut.

"Diabetes dan sindrom metabolikitu adalah penyakit akibat new lifestyle diseases. Penyakit akibat gaya hidup baru. Gaya hidup westernisasi sebenarnya. Karena penyakitnya karena gaya hidup, pencegahannya pun lewat gaya hidup. Misalnya pola makan, kedua olah raga, pola gerak," kata Piprim.

Jadikan olahraga sebagai kebutuhan bagi seluruh anggota keluarga. "Jadi di mana-mana harusnya ada fasilitas olahraga. Di puskesmas, di sekolah, biar anak-anak itu bergerak. Bisa juga mengikutkan anak-anak di klub-klub olah raga. Kemudian, tidur juga harus cukup. Karena tidur ini bisa berkaitan dengan sindrom metabolik yang lain," ujarnya.

Tidak hanya itu, Piprim juga mengimbau agar usia remaja ke atas bisa dikenalkan dengan istilah intermitten fasting. Sebab, hal ini baik untuk menghindari generasi muda makan secara berlebih. Kemudian generasi muda juga disarankan bisa mengelola stres dengan baik.

"Happiness, ada kebersamaan dengan teman-temannya. Jangan sampai ada merasa kesepian, terasing. Ini juga berbahaya. Oleh karena itulah kegiatan-kegiatan komunitas, sepedaan bareng, main-main bareng itu sangat penting buat gaya hidup sehat," ujar Piprim.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement