Rabu 22 Feb 2023 17:06 WIB

Xylazine, Narkoba Baru di Amerika yang Bikin Penggunanya Seperti 'Zombi'

Narkoba jenis baru bernama xylazine sebenarnya merupakan obat penenang untuk hewan.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Qommarria Rostanti
Narkoba jenis baru bernama xylazine merebak di AS. Narkoba tersebut memicu pembusukan kulit dan membuat penggunanya seperti zombi. (ilustrasi)
Foto: Pixabay
Narkoba jenis baru bernama xylazine merebak di AS. Narkoba tersebut memicu pembusukan kulit dan membuat penggunanya seperti zombi. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Xylazine, obat penenang untuk hewan seperti kuda, menjadi malateka baru di kalangan anak muda di Amerika Serikat (AS). Jenis baru narkoba yang memiliki konsekuensi mematikan ini telah dilaporkan bisa memicu pembusukan pada kulit penggunanya.

Zat yang diduga pertama kali muncul di Philadelphia yang kemudian bermigrasi ke San Francisco dan Los Angeles ini digunakan untuk mengatasi kecanduan heroin. Tetapi, baru-baru ini, zat ini ditemukan dalam fentanil dan obat-obatan terlarang lainnya.

Baca Juga

Meskipun disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) untuk penggunaan pada hewan, xylazine, yang merupakan non-opioid tidak aman untuk manusia. Ironisnya, mereka yang overdosis xylazine tidak merespons nalokson dan atau narcan, pengobatan overdosis yang paling umum.

Xylazine menyebabkan gejala seperti obat penenang pada umumnya, memicu rasa kantuk berlebihan dan depresi pernapasan, serta memperparah luka terbuka dan bahkan bisa menyebar dengan cepat. Ulkus (borok atau luka) bisa menjadi kulit mati yang disebut eschar, dan bisa menyebabkan amputasi jika tidak ditangani.

 

Karena tidak terdaftar sebagai zat yang dikontrol untuk hewan atau manusia, xylazine berada di wilayah abu-abu yang membingungkan dan mengerikan. Rumah sakit juga jarang mengujinya dengan pemeriksaan toksikologi rutin.

Pada bulan lalu, seorang pengguna zylazine di Philadelphia AS tiba-tiba mengalami luka spesifik di dekat tempat suntikan opioidnya. "Saya bangun pada pagi hari sambil menangis karena lengan saya 'sekarat'," kata Tracey McCann (39 tahun) seperti dilansir New York Times, Rabu (22/2/2023).

Kota tersebut melaporkan, 90 persen sampel obat bius yang diuji di laboratorium dari tahun 2021 mengandung xylazine yang dapat meningkatkan risiko overdosis jika dikombinasikan dengan zat terlarang lainnya. Kombinasi zat yang mematikan itulah yang memberikan daya tarik xylazine tingginya opioid seperti fentanil, diperpanjang dengan bantuan obat penenang.

"Sudah terlambat bagi Philadelphia. Pasokan di Philadelphia sudah sangat banyak. Jika wilayah lain punya pilihan untuk menghindarinya, mereka perlu mendengarkan cerita kami," kata Shawn Westfahl, seorang petugas di Prevention Point Philadelphia. 

Orang yang kecanduan xylazine percaya bahwa obat tersebut membunuh segala jenis kegembiraan yang muncul saat menggunakan obat. "Obat penenang pada dasarnya membuat tubuh orang menjadi zombi. Sampai sembilan bulan yang lalu, saya tidak pernah mengalami luka. Sekarang, ada lubang di kaki dan tangan saya," kata Sam (28 tahun).

Tren obat penenang yang mengkhawatirkan ini muncul ketika Departemen Kesehatan Kota New York melaporkan 2.668 warga New York meninggal karena overdosis pada 2021. Para ahli memperingatkan bahwa xylazine dapat memperburuk epidemi narkoba yang sedang berlangsung.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyalahgunaan Zat dari LA County Department of Public Health, Gary Tsai, percaya bahwa prevalensi obat tersebut akan meningkatkan kematian akibat overdosis.

"Kekhawatiran utamanya adalah kita sudah berada di tengah krisis overdosis terburuk dalam sejarah, baik secara nasional maupun lokal," kata Tsai.

Menurut laporan pada 2022, xylazine telah ditemukan di 36 negara bagian. Di New York City saja, obat tersebut ditemukan pada 25 persen sampel. Pada awal bulan ini, Departemen Kesehatan San Francisco mengumumkan bahwa kadar xylazine yang rendah ditemukan pada empat orang yang mengalami overdosis, menunjukkan bahwa zat tersebut dapat disembunyikan dalam obat-obatan tanpa sepengetahuan pengguna.

"Ada kemungkinan bahwa ada lebih banyak lagi di luar sana," kata Tsai.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement