Senin 20 Feb 2023 18:15 WIB

Meski Murah, Obat Diabetes Ini Dipercaya Bisa Turunkan Risiko Alzheimer Hingga 54 Persen

Menurut studi, obat diabetes seharga Rp 5.000 ini bisa menurunkan risiko Alzheimer.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Obat diabetes (ilustrasi). Menurut penelitian, obat diabetes bernama Actos atau pioglitazone mampu menurunkan risiko penyakit Alzheimer hingga 54 persen.
Foto: www.pixabay.com
Obat diabetes (ilustrasi). Menurut penelitian, obat diabetes bernama Actos atau pioglitazone mampu menurunkan risiko penyakit Alzheimer hingga 54 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah obat diabetes yang bisa dibeli dengan harga murah ternyata memiliki potensi besar dalam pencegahan penyakit Alzheimer. Menurut studi, obat bernama Actos atau pioglitazone ini mampu menurunkan risiko penyakit Alzheimer hingga 54 persen.

"Mengingat demensia kerap terjadi sejak beberapa tahun sebelum diagnosis ditegakkan, ada kesempatan untuk mengintervensinya sebelum (demensia) berkembang (lebih berat)," ujar ketua tim peneliti dari Yonsei University, Dr Eosu Kim, seperti dilansir Mirror, Senin (20/2/2023).

Baca Juga

Pioglitazone merupakan obat yang digunakan oleh jutaan penderita diabetes untuk mengontrol kadar gula darah mereka. Obat yang bekerja dengan cara meningkatkan hormon insulin ini bisa didapatkan dengan harga 30 pence atau hampir Rp 5.000 per tablet.

Studi terbaru dalam jurnal Neurology mengungkapkan bahwa obat ini juga berpotensi dalam menurunkan risiko penyakit Alzheimer. Studi ini melibatkan 91.218 orang dewasa di Korea Selatan sebagai partisipan, dan sekitar 3.467 partisipan di antaranya merupakan pengguna pioglitazone.

Hasil studi menunjukkan bahwa kejadian demensia secara umum mengalami penurunan sebesar 16 persen pada partisipan yang menggunakan pioglitazone. Demensia adalah istilah umum untuk menggambarkan masalah penurunan daya ingat, kemampuan berbahasa, hingga kemampuan berpikir yang berat dan dapat mengganggu keseharian. Jenis demensia yang paling umum adalah penyakit Alzheimer.

Studi juga menemukan bahwa penurunan risiko tampak semakin besar seiring dengan semakin lamanya partisipan menggunakan pioglitazone. Penurunan risiko demensia setelah partisipan menggunakan pioglitazone selama dua tahun adalah 22 persen, sedangkan setelah empat tahun adalah 37 persen.

Penurunan risiko tampak paling signifikan pada partisipan pengguna pioglitazone yang pernah mengalami atau memiliki riwayat strok atau penyakit jantung iskemik. Pada kelompok ini, penggunaan pioglitazone bisa menurunkan risiko demensia sebesar 43-54 persen.

Tim peneliti menambahkan, manfaat penurunan risiko demensia hanya ditemukan pada para pengguna pioglitazone yang mengidap diabetes. Penggunaan obat pioglitazone tampak tak memberikan manfaat bila digunakan oleh orang-orang dengan demensia atau yang berisiko terhadap demensia namun tidak sakit diabetes.

"Kemungkinan, keberadaan diabetes menjadi faktor penting yang mempengaruhi efektivitas. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi temuan ini," ujarnya tim peneliti.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada banyak jenis demensia yang kini telah diketahui. Dari beragam jenis tersebut, penyakit Alzheimer merupakan demensia yang paling umum.

"Penyakit Alzheimer merupakan bentuk yang paling umum dan mungkin berkontribusi pada sekitar 60-70 persen kasus (demensia)," ujar WHO melalui laman resminya.

Menurut National Health Service (NHS) di Inggris, gejala utama yang muncul pada tahap awal penyakit Alzheimer adalah gangguan daya ingat. Pada tahap awal, penderita penyakit Alzheimer bisa mengalami beberapa keluhan seperti berikut ini:

1. Lupa mengenai percakapan atau kejadian yang baru berlangsung

2. Menaruh benda di tempat yang tak semestinya

3. Lupa nama tempat atau objek

4. Sulit menemukan kata yang tepat

5. Mengajukan pertanyaan yang sama berulang kali

6. Tak bisa membuat penilaian atau sulit untuk membuat keputusan

7. Menjadi kurang fleksibel dan lebih enggan terhadap hal baru

8. Terkadang, muncul juga tanda berupa perubahan suasana hati, seperti meningkatnya kecemasan atau agitasi, atau mengalami kebingungan berulang.

Secara umum, peneliti Prof Sir Muir Gray mengatakan ada lima upaya yang bisa dilakukan untuk menurunkan risiko demensia. Salah satu di antaranya adalah menjaga fisik dan mental tetap aktif. Untuk fisik yang aktif, Prof Gray menganjurkan olahraga atau aktivitas fisik dilakukan setiap hari. Sedangkan untuk mental yang aktif, Prof Gray menganjurkan orang-orang untuk membaca atau mempelajari hal yang baru.

Upaya kedua adalah menjaga berat badan, kadar gula darah, serta tekanan darah tinggi tetap terkontrol. Hal ini bisa diwujudkan melalui penerapan gaya hidup yang sehat, termasuk pola makan yang kaya akan buah, sayur, ikan, dan kacang-kacangan.

Dua upaya lainnya adala berhenti merokok serta mendapatkan tidur yang cukup dan mengelola stres. Sedangkan upaya yang kelima adalah menjalin hubungan sosial dengan orang lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement