REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak mandi selama beberapa hari mungkin akan membuat banyak orang merasa tak nyaman. Akan tetapi, seorang dokter asal Amerika Serikat (AS) justru memilih untuk tak mandi selama bertahun-tahun dan menganjurkan orang-orang untuk mengikuti jejaknya.
Dokter sekaligus dosen kebijakan kesehatan masyarakat, James Hamblin, mulai meninggalkan kebiasaan mandi pada 2015. Sebelum mengambil keputusan besar tersebut, Hamblin sempat wawancarai beberapa pakar mengenai mikrobioma. Dari wawancara inilah, Hamblin mulai tertarik dengan ide meninggalkan mandi.
"Saya mulai menggunakan lebih sedikit sabun, lebih sedikit sampo, lebih sedikit deodoran, dan lebih jarang mandi," jelas Hamblin, seperti dilansir Best Life, Kamis (19/1/2023).
Frekuensi mandi Hamblin yang semula setiap hari mulai berkurang menjadi dua hari sekali, lalu menjadi tiga hari sekali. Saat ini, bisa dikatakan Hamblin sudah menghentikan kebiasaan mandi sepenuhnya.
Pilihan tak biasa ini membuat Hamblin dihujani oleh banyak pertanyaan. Satu pertanyaan yang kerap diajukan oleh banyak orang adalah mengenai aroma tubuhnya.
Saat mulai berhenti mandi, Hamblin tak menampik bahwa aroma tubuhnya menjadi sangat bau dan berminyak. Hamblin mengatakan, bau tak sedap pada tubuh disebabkan oleh bakteri yang hidup di kulit dan memakan sekresi berminyak dari keringat serta kelenjar sebaceous di dasar folikel rambut.
"Setelah beberapa saat (berhenti mandi), ekosistem Anda mencapai tahap yang stabil, dan Anda berhenti mengeluarkan bau tak sedap. Tentu Anda tak akan beraroma seperti air mawar atau Axe Body Spray, tapi Anda tidak bau badan," kata Hamblin.
Selain itu, Hamblin menilai kebiasaan mandi justru dapat mengganggu ekosistem mikroba di kulit. Ketika keseimbangan ekosistem tersebut terganggu, mikroba yang memicu bau tak sedap justru cenderung lebih banyak diproduksi.
Meski berhenti mandi, Hamblin mengatakan dia masih sangat memperhatikan higienitas tubuhnya. Menurut Hamblin, mandi atau rutinitas pembersihan merupakan hal yang terpisah dari higienitas. Hamblin tetap melakukan beberapa upaya menjaga higienitas dalam keseharian seperti menyikat gigi secara rutin, mencuci tangan, serta membersihkan luka.
"Higienitas adalah istilah kesehatan masyarakat atau istilah yang lebih ilmiah, yang bicara mengenai cara menghindari penyakit atau perilaku yang mencegah penyakit," ujar Hamblin.
Bagi Hamblin, mandi tidak termasuk ke dalam sebuah kebutuhan. Sebaliknya, Hamblin menilai mandi sebagai sebuah kebiasaan untuk menandakan kelas atau kekayaan.
"Seperti menyisir rambut Anda, memutihkan gigi Anda, atau menggunakan deodoran, sesuatu yang tak berkaitan dengan pencegahan penyakit atau transmisi penyakit," ujar Hamblin.
Hamblin menilai kebiasaan-kebiasaan seperti ini sebaiknya dipertimbangkan ulang. Karena selain tak membawa manfaat bagi kesehatan, kebiasaan ini membutuhkan biaya besar, menghabiskan waktu, dan dapat membawa dampak buruk bagi lingkungan.
"(Produk dan praktik perawatan diri) telah memberikan dampak besar bagi lingkungan, dalam hal air dan plastik," kata Hamblin.
Setiap negara pada dasarnya memiliki kebiasaan mandi yang berbeda-beda. Di Amerika Serikat misalnya, sekitar dua pertiga warganya mandi setiap hari. Di Australia, lebih dari 80 persen warganya mandi setiap hari. Sedangkan di China, sekitar 50 persen warganya hanya mandi dua kali per pekan.
"(Mandi, menyisir rambut, memutihkan gigi, memakai deodoran) merupakan preferensi pribadi atau budaya," ujar Hamblin.