Sementara itu, dr Justin Ryder, seorang peneliti obesitas di Lurie Children’s Hospital di Chicago, menuturkan obat tersebut memengaruhi jalur antara otak dan usus mengatur energi.
"Ini bekerja pada bagaimana otak dan perut Anda berkomunikasi satu sama lain dan membantu Anda merasa lebih kenyang daripada yang seharusnya," katanya.
Namun, dosis spesifik semaglutide dan obat anti-obesitas lainnya sulit didapat karena kekurangan baru-baru ini. Kekurangan itu disebabkan oleh masalah manufaktur dan permintaan yang tinggi, sebagian didorong oleh selebritas di TikTok dan platform media sosial lainnya yang membual tentang peningkatan penurunan berat badan.
Selain itu, banyak perusahaan asuransi tidak mau membayar pengobatan, yang biayanya sekitar 1.300 dolar AS atau sekitar Rp 20,1 juta. Di sisi lain, seorang ahli obesitas pediatri khawatir beberapa dokter mungkin terlalu cepat beralih ke obat-obatan atau operasi, sementara anak-anak dengan obesitas harus dirawat dini dan intensif.
"Bukannya saya menentang pengobatan, saya menentang penggunaan obat-obatan tersebut tanpa menyebutkan penyebab masalahnya," kata kata dr Robert Lustig, spesialis endokrinologi pediatri di University of California, San Francisco.