Jumat 25 Nov 2022 21:54 WIB

15 Menit Aktivitas Fisik per Hari Kurangi Risiko Kematian Kanker Payudara

Aktivitas fisik ringan pangkas risiko kematian kanker payudara hingga 60 persen.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Aktivitas fisik ringan pangkas risiko kematian kanker payudara hingga 60 persen.
Foto: www.pixabay.com
Aktivitas fisik ringan pangkas risiko kematian kanker payudara hingga 60 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kanker payudara adalah kanker paling umum di seluruh dunia dan penyebab utama kematian di kalangan wanita. Tingkat kelangsungan hidup kanker payudara di negara berpenghasilan tinggi melebihi 90 persen, berbeda dengan negara berpenghasilan rendah dan menengah seperti India dan Afrika Selatan yang keduanya berada di 66 persen dan 40 persen. 

Untungnya, studi terbaru menemukan bahwa aktivitas fisik ringan dikaitkan dengan risiko kematian 60 persen lebih rendah di antara penyintas kanker payudara, dan hasilnya serupa untuk penyintas kanker payudara yang lebih aktif. Ini merujuk pada penelitian dari Kaiser Permanente Southern di California.

Baca Juga

Untuk penelitian tersebut, penelitian yang dipimpin Epidemiolog Reina Haque, melibatkan 315 wanita dengan usia rata-rata 71 tahun. Di antara mereka, 20,9 persen adalah Afrika-Amerika, 8,99 persen Asia atau Kepulauan Pasifik, 1,3 persen Hispanic, dan 68,9 persen Kulit Putih non-Hispanic.

Semua peserta adalah anggota rencana perawatan kesehatan di California, dan telah didiagnosis menderita kanker payudara stadium awal antara tahun 1996 dan 2012. Mereka diwawancarai antara tahun 2013 dan 2015, dan mengisi kuesioner yang merinci waktu luang, aktivitas fisik, dan tingkat kelelahan.

Peserta dikategorikan ke dalam tiga kelompok untuk aktivitas fisik yaitu aktif, cukup aktif, dan kurang aktif, yang ditandai dengan aktivitas fisik ringan dengan durasi kurang dari rata-rata 15 menit setiap hari.

Peserta diamati selama rata-rata 7,8 tahun. Selama masa studi, 14,3 persen dari kohort atau 45 peserta dinyatakan meninggal. Lima dari peserta ini meninggal karena kanker payudara. Setelah menganalisis data, para peneliti menemukan bahwa angka kematian adalah 12,9 per seribu orang di antara peserta aktif, 13,4 per seribu di antara peserta yang cukup aktif, dan 32,9 per seribu di antara peserta yang kurang aktif.

Risiko kematian adalah 60 persen lebih rendah untuk mereka yang cukup aktif, dan 58 persen lebih rendah untuk peserta yang aktif jika dibandingkan dengan rekan mereka yang kurang aktif.

“Studi kami menunjukkan bahwa penyintas kanker payudara yang berolahraga pada tingkat sedang, seperti berjalan kaki setiap hari selama lebih dari 15 menit, mungkin dapat bertahan hidup yang sama dengan mereka yang melakukan olahraga berat," kata Dr Reina Haque seperti dilansir dari Medical News Today, Jumat (25/11/2022).

Ketika ditanya alasan dibalik itu, Dr Reina memaparkan, penyakit kardiovaskular adalah salah satu penyebab utama kematian pada penderita kanker payudara, sehingga lebih banyak melakukan aktivitas fisik berkorelasi dengan kelangsungan hidup yang lebih panjang. Olahraga memiliki efek positif pada tubuh, seperti menurunkan tekanan darah, mengurangi peradangan, modulasi insulin, dan menurunkan obesitas.

“Efek kesehatan yang positif ini juga berlaku untuk kelangsungan hidup setelah diagnosis kanker payudara. Para penyintas kanker payudara yang rutin berolahraga memiliki status kesehatan yang lebih baik secara keseluruhan yang berkontribusi pada umur yang lebih panjang,” tambah Reina.

Para peneliti menyimpulkan bahwa temuan mereka memiliki implikasi untuk konseling pasien dengan kanker payudara. Bahkan olahraga tingkat sedang pun tampaknya sangat penting untuk memperpanjang masa hidup.

Menurut Dr Reina, memasukkan aktivitas fisik secara teratur adalah salah satu cara agar para penyintas kanker bisa diberdayakan untuk berperan aktif membuat perubahan gaya hidup yang mengurangi risiko kematian dan meningkatkan kualitas hidup mereka setelah pengobatan kanker.

Namun demikian, penelitian ini masih memiliki keterbatasan. Para peneliti tidak memasukkan informasi tentang pola diet para peserta, yang mungkin berkorelasi dengan olahraga dan kalori mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement