Selasa 18 Oct 2022 21:35 WIB

IDAI: Belum Ada Konklusi Tunggal Penyebab Kasus-Kasus Gangguan Ginjal Akut

Sejauh ini, sudah ada 192 kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak.

Anak sakit (ilustrasi). Menurut data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI,) sudah 192 anak terkonfirmasi mengalami gangguan ginjal akut yang belum diketahui penyebabnya.
Foto: www.hippopx.com
Anak sakit (ilustrasi). Menurut data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI,) sudah 192 anak terkonfirmasi mengalami gangguan ginjal akut yang belum diketahui penyebabnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso mengklarifikasi narasi seputar penyetopan sementara obat konsumsi sirup mengandung paracetamol yang dikaitkan dengan gangguan ginjal akut di Indonesia. Sejauh ini, sudah ada 192 kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak.

"Dari 192 kasus gangguan ginjal akut di Indonesia, belum ada satu pun yang mengerucut pada konklusi tunggal," kata dr Piprim dalam pernyataannya melalui siaran live dari akun Instagram IDAI di Jakarta, Selasa (18/10/2022) malam.

Baca Juga

Dr Piprim mengatakan IDAI bersama Kementerian Kesehatan RI masih mendalami sejumlah teori yang berkaitan dengan gangguan ginjal akut di Indonesia. Teori yang dimaksud di antaranya pengaruh adenovirus pada penyintas Covid-19, leptospirosis, hingga campuran dietilen glikol dan etilen glikol pada bahan pelarut obat sirup mengandung parasetamol yang diduga sebagai pemicu kematian balita di Gambia, Afrika.

"Pelajaran kasus di Gambia, kandungan etilen glikol di pelarut obat batuk sirup banyak memicu kejadian gangguan ginjal akut. Saat itu disetop, kasusnya menurun," katanya.

Atas laporan itu, IDAI sebagai organisasi yang mewadahi dokter spesialis anak di Indonesia memiliki tanggung jawab profesi untuk memberikan perlindungan maksimal kepada anak dari segala risiko penyakit. Salah satunya dengan menjadikan informasi yang terjadi di Gambia sebagai sarana edukasi kepada masyarakat untuk merasionalkan penggunaan obat serta membiasakan diri untuk berkonsultasi kepada dokter terkait konsumsi obat.

"Kalau IDAI adalah kewaspadaan dini. Kasus gangguan ginjal akut yang tidak selamat juga banyak. Apapun yang ada kecurigaan, harus waspada," katanya.

Menurut dr Piprim, pihaknya tidak memiliki kapasitas untuk menyetop penggunaan obat, melainkan memberi anjuran kepada masyarakat untuk lebih bijak mengonsumsi obat, termasuk kepada anak. Gejala demam pada anak, menurut dr Piprim, adalah mekanisme pertahanan tubuh untuk mengusir virus. Kompres hangat dapat membantu meredakannya.

"Jangan buru-buru memberikan obat," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement