REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-Hepatitis merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Hepatitis merupakan penyakit peradangan pada hati yang disebabkan oleh infeksi virus dan dapat menular.
Kasus yang sering terjadi di Indonesia merupakan infeksi dari virus hepatitis jenis A, B, dan C. Penularan hepatitis A terjadi melalui fecal-oral dimana virus masuk ke dalam mulut melalui makanan maupun benda yang telah terkontaminasi. Sementara hepatitis B dan C ditularkan melalui pertukaran darah atau cairan tubuh yang telah terinfeksi virus.
Hepatitis menyerang fungsi hati yang dapat menyebabkan ganguan kesehatan bahkan berisiko menimbulkan kanker hati. Jika tidak tertangani dengan baik, penyakit ini dapat berpotensi menyebabkan kematian.
Data dari WHO menyebutkan, setiap 30 detik terdapat 1 orang yang meninggal akibat penyakit terkait dengan hepatitis. Sementara WHO Regional Office for South-East Asia mencatat prevalensi penyakit Hepatitis B di Indonesia mencapai 7,1 persen atau sekitar 18 juta kasus, angka prevalensi tertinggi jika dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya. Sementara itu, prevalensi hepatitis C mencapai angka 2,34 persen atau sekitar 6 juta kasus, angka prevalensi tertinggi setelah Myanmar dan Thailand diantara negara Asia Tenggara lainnya.
Lebih lanjut, laporan Riset Kesehatan Dasar (riskesdas) 2018 menyebutkan prevalensi kasus terbesar hepatitis di Indonesia terjadi pada anak-anak dengan kelompok umur 5 sampai 14 tahun.
Dokter Spesialis Anak dari Mayapada Hospital dan Klinik Spesialis Anak KiDi Pejaten, Jakarta, dr Kurniawan Satria Denta, M,Sc, SpA menyatakan anak-anak rentan tertular virus hepatitis, bahkan hepatitis akut misterius yang saat ini marak terjadi juga mayoritas menyerang anak-anak, yaitu pada umur 1 bulan hingga 16 tahun.
"Untuk itu, agar terhindar dari ancaman penyakit hepatitis, perlu untuk mengenali gejala hepatitis dan melakukan pencegahan secara disiplin dari diri sendiri dan keluarga," ujarnya dalam siaran pers yang diterima Republika, Sabtu (30/7/2022).
Dr Denta menyampaikan gejala hepatitis umumnya ditandai dengan demam, nyeri perut, dan gejala kuning pada badan. “Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk mencegah hepatitis, yang pertama mencegah infeksi dengan menjaga perilaku hidup bersih dan yang kedua yaitu melakukan imunisasi pada anak,” jelasnya.
Selain menjaga kebersihan hidup, imunisasi merupakan upaya pencegahan terbaik yang dapat dilakukan dikarenakan vaksin hepatitis bekerja memberikan kekebalan pada tubuh anak sehingga dapat mencegah penyakit tersebut.
Untuk anak yang belum menerima imunisasi hepatitis, orang tua dapat memberikan imunisasi dengan mengikuti rekomendasi jadwal yang dikeluarkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada tahun 2020. Secara rinci IDAI merekomendasikan imunisasi dasar Hepatitis B diberikan pada saat anak lahir sebelum berumur 12 jam. Sementara imunisasi dasar hepatitis A diberikan 2 kali yaitu 1 dosis pada saat anak berumur 1 tahun dan dosis selanjutnya diberikan dengan rentang 6 bulan hingga 12 bulan setelah dosis pertama. Namun jika tertinggal, anak-anak dapat menerima imunisasi catch-up atau kejar imunisasi hingga umur 18 tahun.