Jumat 22 Jul 2022 01:30 WIB

Diolah Seperti Ini, Sayuran Bisa Tingkatkan Risiko Kanker Perut

Terlalu sering mengonsumsi sayuran ini dapat meningkatkan risiko kanker perut.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Proses pembuatan kimchi, hidangan tradisional khas Korea Selatan. Bukti yang menghubungkan acar sayuran dengan kanker perut paling kuat teramati di Korea dan China, di mana menyantap acar sayuran merupakan kebiasaan sehari-hari.
Foto: EPA
Proses pembuatan kimchi, hidangan tradisional khas Korea Selatan. Bukti yang menghubungkan acar sayuran dengan kanker perut paling kuat teramati di Korea dan China, di mana menyantap acar sayuran merupakan kebiasaan sehari-hari.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian tentang peran pola makan dalam memengaruhi risiko kanker telah menemukan beberapa temuan mengejutkan selama bertahun-tahun. Salah satu penemuan yang lebih membuka mata adalah acar sayuran mungkin meningkatkan risiko kanker. Itulah kesimpulan dari laporan 2018 oleh World Cancer Research Fund.

"Ada bukti kuat bahwa mengonsumsi makanan yang diawetkan dengan pengasinan meningkatkan risiko kanker perut," kata laporan itu, dilansir Express, Kamis (21/7/2022).

Baca Juga

Penelitian mengacu pada makanan tinggi garam dan makanan yang diawetkan garam, yang termasuk acar sayuran. Para ilmuwan meyakini bahwa peningkatan risiko kanker perut dari makanan yang diawetkan dengan garam disebabkan garam yang meresap ke dalam makanan selama proses pengawetan. Penelitian eksperimental telah menunjukkan garam merusak lapisan perut dan menyebabkan lesi, yang jika dibiarkan berkembang dapat menjadi kanker perut.

Infeksi Helicobacter pylori relatif umum di beberapa bagian Asia dan juga merupakan penyebab tunggal kanker perut. Bukti yang menghubungkan acar sayuran dengan kanker perut paling kuat teramati di Korea dan China, di mana menyantap acar sayuran merupakan kebiasaan sehari-hari.

Itulah kesimpulan dari meta-analisis ke dalam link yang diterbitkan dalam jurnal Cancer Epidemiology, Biomarkers & Prevention. Peneliti melakukan meta-analisis studi observasional untuk mengevaluasi bukti yang ada. Peneliti menemukan total 60 studi dari PubMed, Vip Chinese Periodical, dan China National Knowledge Infrastructure.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement