Sabtu 06 Aug 2022 08:34 WIB

Waspada Kanker Lambung yang Mematikan, Kenali Gejalanya

Kanker lambung menjadi salah satu kanker yang mematikan di dunia pada 2020.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Kanker lambung menjadi salah satu kanker yang mematikan di dunia pada 2020.
Kanker lambung menjadi salah satu kanker yang mematikan di dunia pada 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap tahun, ada lebih dari satu juta orang yang terdiagnosis dengan kanker lambung di dunia. Sayangnya, kemunculan gejala kanker lambung kerap terabaikan sehingga penyakit ini menjadi terlambat ditemukan.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kanker lambung merupakan kanker paling mematikan keempat di dunia pada 2020. Pada tahun tersebut, ada sekitar 769 ribu kasus kematian akibat kanker lambung.

Baca Juga

Seperti kanker lain, harapan hidup dan keberhasilan pengobatan pasien kanker lambung akan semakin baik bila penyakit ini ditemukan lebih dini. Akan tetapi, kanker lambung sering kali tak terdeteksi pada stadium awal karena cenderung tak memunculkan gejala.

"Bahkan tanda kanker lambung awal yang paling umum, seperti nyeri perut dan penurunan berat badan tanpa sebab, biasanya tak muncul sampai kanker ini berkembang lebih berat," jelas Cleveland Clinic, seperti dilansir BestLife, Sabtu (6/8/2022).

Meski begitu, Cleveland Clinic mengungkapkan bahwa ada beberapa gejala yang biasanya berkaitan dengan kanker lambung. Gejala tersebut meliputi penurunan nafsu makanan, lelah atau lemas, mual, muntah, kesulitan menelan, heartburn, gangguan pencernaan, warna feses gelap, berat badan turun, nyeri perut, kembung, perut bergas, serta merasa kenyang setelah menyantap makanan dalam porsi kecil.

Dari beragam gejala ini, chief of medicine dari Saint John's Cancer Institute, Anton Bilchik MD PhD, mengungkapkan bahwa ada satu gejala kanker lambung yang paling sering terabaikan. Gejala tersebut adalah penurunan berat badan.

Hal ini cukup ironis, mengingat gejala ini dialami oleh cukup banyak pasien kanker lambung. Studi dalam Journal of Cachexia, Sarcopenia, and Muscle misalnya, menganalisis gejala penurunan berat badan pada berbagai jenis kanker pencernaan. Studi ini menemukan bahwa sekitar 48 persen gejala penurunan berat badan ditemukan pada kanker lambung.

Menurut para ahli, gejala penurunan berat badan jarang disadari oleh pasien kanker lambung karena gejala ini tidak spesifik berkaitan dengan kanker. Banyak dari pasien kanker lambung mengira penurunan berat badan yang mereka alami disebabkan oleh hal lain.

Cleveland Clinic mengungkapkan bahwa siapa saja bisa mengalami kanker lambung. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang dapat membuat sebagian orang menjadi lebih berisiko.

Sebagian dari faktor risiko tersebut adalah ada riwayat kanker lambung di keluarga, atau memiliki salah satu dari masalah kesehatan ini: infeksi helicobacter pylori, GERD, gastritis, infeksi virus Epstein-Barr, tukak lambung, atau polip lambung.

Faktor risiko lain dari kanker lambung kerap berkaitan dengan pola makan atau kebiasaan sehari-hari. Misalnya, konsumsi makanan tinggi garam, merokok, sering mengonsumsi makanan yang diasamkan atau acar, serta konsumsi alkohol berlebih.

Cleveland Clinic mengatakan banyak pasien kanker lambung yang baru terdiagnosis saat penyakit tersebut sudah berkembang lebih berat. Akan tetapi, saat ini teknologi pengobatan medis memungkinkan pasien kanker lambung untuk mendapatkan hasil pengobatan yang lebih optimal.

Operasi misalnya, merupakan terapi yang lebih aman dan bisa dilakukan dengan menggunakan teknik minimal invasif. Pengobatan-pengobatan baru, khususnya imunoterapi, juga bisa digunakan secara efektif pada pasien kanker lambung stadium lebih lanjut.

Terlepas dari semakin baiknya pengobatan medis untuk kanker lambung, menemukan penyakit ini lebih dini akan sangat membantu. Oleh karena itu, segera berkonsultasi dengan dokter bila mengalami gejala yang dicurigai berkaitan dengan kanker lambung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement