Rabu 06 Jul 2022 20:13 WIB

BKKBN: Edukasi Manajemen Gizi pada Ibu Hamil Penting Cegah Stunting

Cukup banyak kasus anak stunting yang lahir karena ibu hamil mempertahankan dietnya.

Ibu hamil (Ilustrasi). Ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang tinggi agar anak terbebas dari kekurangan energi kronis dan terhindar dari stunting saat lahir.
Foto: Pixabay
Ibu hamil (Ilustrasi). Ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang tinggi agar anak terbebas dari kekurangan energi kronis dan terhindar dari stunting saat lahir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyampaikan, memberikan edukasi soal manajemen gizi terhadap ibu hamil penting. Sebab, itu dapat mencegah lahirnya anak stunting atau kekerdilan.

"Setelah mengalami proses kehamilan, tingkat kesehatan mereka pastinya menjadi penentu bagi keberlangsungan hidup berikutnya," ujar Direktur Perencanaan dan Pengendalian Penduduk BKKBN Munawar Asikin dalam webinar "Manajemen Gizi dan Makanan Mewujudkan Ibu Hamil Sehat, Generasi Bebas Stunting, Sehat dan Cerdas" di Jakarta, Rabu (6/7/2022).

Baca Juga

Menurut Munawar, cukup banyak kasus anak stunting yang lahir dikarenakan ibu hamil mempertahankan dietnya. Padahal, pada saat itu ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang tinggi agar anak terbebas dari kekurangan energi kronis.

"Nah, kami juga bekerja sama dengan Departemen Kesehatan melakukan pemantauan perkembangan anak dan juga pertumbuhan anak salah satunya adalah kami mengidentifikasi risiko stunting pada anak-anak yang baru lahir," tuturnya.

Munawar mengemukakan beberapa penelitian menunjukkan jika seorang anak baru lahir panjangnya kurang dari 48 centimeter dan berat badannya kurang dari 2,5 kilogram maka anak tersebut teridentifikasi sebagai stunting. Anak tersebut perlu segera mendapatkan penanganan agar bisa terbebas dari stunting.

Dalam kesempatan itu, Munawar juga menyampaikan, angka stunting di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan, angka prevalensi stunting di Indonesia pada 2021 sebesar 24,4 persen atau menurun 6,4 persen dari angka 30,8 persen pada 2018.

"Kita tahu masih banyak daerah yang memiliki persentase stunting di atas 20 persen yang menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merupakan standar yang harus dihindari," tuturnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement