Selasa 08 Mar 2022 13:29 WIB

Situasi yang Sering Memicu Penularan Omicron

Ada lima situasi dan kondisi yang paling sering memicu penularan varian omicron.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Situasi yang sering memicu penularan omicron. (ilustrasi)
Foto: Pixabay
Situasi yang sering memicu penularan omicron. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa kemunculan kasus baru Covid-19 di dunia mengalami penurunan sebesar 19 persen dalam sepekan ke belakang. Meski begitu, masyarakat diharapkan tetap berhati-hati dan mewaspadai berbagai situasi yang bisa membuat mereka lebih rentan tertular Covid-19, khususnya akibat varian omicron.

Varian omicron yang saat ini beredar luas di berbagai belahan dunia dikenal sangat mudah menular. Di sisi lain, Covid-19 saat ini masih menjadi ancaman meski kasus barunya mengalami penurunan.

Baca Juga

Beberapa ahli mengungkapkan bahwa ada lima situasi dan kondisi yang paling sering memicu penularan varian omicron. Berikut ini adalah kelima situasi dan kondisi yang perlu dihindari tersebut, seperti dilansir Eat This Not That, baru-baru ini:

1. Mengabaikan masker

Tidak menggunakan masker dapat membuat seseorang lebih berisiko terpapar oleh varian omicron. Terlebih, bila hal ini dilakukan di lingkungan yang berisiko tinggi, di sekitar orang-orang yang juga tak menggunakan masker, dan orang-orang yang belum divaksinasi.

"Anda menempatkan diri Anda dalam bahaya terkena varian omicron," ujar ahli penyakit menular anak dari Yale Medicine Carlos Oliveria MD PhD.

Penggunaan masker telah terbukti efektif dalam menghalau penularan Covid-19. Di samping itu, penggunaan masker merupakan hal yang mudah dilakukan oleh kebanyakan orang sehingga tak ada alasan untuk mengabaikannya.

2. Tidak vaksinasi

Mendapatkan vaksinasi Covid-19 lengkap memang tidak berarti seseorang akan kebal dari penularan Covid-19. Akan tetapi, vaksinasi lengkap bisa menurunkan risiko sakit berat, komplikasi serius, hingga kematian terkait Covid-19 secara signifikan.

Cakupan vaksinasi yang luas juga bisa mempercepat terjadinya pelonggaran restriksi. Selain itu, orang yang sudah divaksinasi dan tertular Covid-19 cenderung membutuhkan masa pemulihan yang lebih singkat.

"Mungkin Anda akan sakit selama tiga hari saja, alih-alih tujuh hari, atau tujuh hari saja alih-alih dua pekan," ujar ahli virologi dari University of Utah Health Stephen Goldstein PhD.

3. Menunda booster

Selain mudah menular, varian omicron juga bisa menjadi ancaman yang lebih mengkhawatirkan untuk orang-orang dengan masalah kesehatan seperti asma, diabetes, sakit jantung, atau sakit paru-paru. Pemberian booster atau dosis tambahan dapat kembali mengoptimalkan perlindungan yang sebelumnya sudah terbentuk dari vaksinasi Covid-19.

4. Melanggar peraturan

Adanya beragam aturan dan restriksi yang mengekang di masa pandemi mungkin membuat banyak orang merasa jenuh. Tak sedikit yang mulai mengabaikan protokol kesehatan seperti menggunakan masker, jaga jarak, atau menjaga kebersihan tangan. Ketidakpatuhan terhadap protokol kesehatan ini bisa sama berbahayanya dengan ancaman dari virus itu sendiri.

"Kita harus tetap berjaga-jaga," kata Direktur Jendral WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

5. Tubuh gemuk atau obesitas

Kegemukan dan obesitas dapat membuat seseorang lebih berisiko mengalami komplikasi bila terpapar Covid-19. Di samping itu, kondisi kegemukan dan obesitas juga bisa mempengaruhi efisiensi vaksin dan booster Covid-19.

"Semua faktor ini bisa memengaruhi metabolisme sel imun, yang menentukan bagaiman tubuh merespons patogen seperti SARS-CoV-2," ujar profesor di bidang gizi dari Gillings School of Global Public Health, Melinda Beck.

6. Kiat aman kala pandemi

Mematuhi protokol kesehatan dan aturan akan sangat membantu upaya mengakhiri pandemi Covid-19. Orang-orang yang memenuhi kelayakan juga disarankan untuk menjalani vaksinasi dan mendapatkan booster secepat mungkin. Orang yang tinggal di wilayah dengan kasus Covid-19 yang tinggi atau cakupan vaksinasi yang rendah sebaiknya menggunakan masker berkualitas tinggi seperti N95.

Hindari bepergian bila tak mendesak dan selalu ingat untuk menjaga jarak fisik. Bila sedang beraktivitas, hindari kerumunan dan sebisa mungkin hindari untuk berkumpul di dalam ruangan bersama orang-orang yang tidak hidup di satu atap. Sebagai contoh berkumpul di dalam bar.

Hal yang tak kalah penting adalah menjaga kebersihan tangan. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan air dan sabun atau hand sanitizer.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement