Rabu 23 Feb 2022 00:44 WIB

Terapi Teriak Bisa Redakan Stres, Tapi ...

Terapi teriak dapat membantu mengurangi stres, frustrasi, dan kemarahan.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Kemarahan (ilustrasi). Terapi teriak dapat membantu mengurangi ketegangan, frustrasi, dan kemarahan. Namun, para ahli mencatat bahwa terapi jeritan bukanlah solusi jangka panjang untuk masalah kesehatan mental.
Foto:

Teori di balik teriakan

Terapi teriakan primal dimulai pada awal 1970-an, dengan selebritas seperti musisi John Lennon dan aktor James Earl Jones, yang menjadi pendukung besar. Terapi ini didasarkan pada The Primal Scream, sebuah buku oleh Arthur Janov, seorang psikoterapis AS.

Janov berpendapat bahwa neurosis disebabkan oleh rasa sakit yang ditekan dari trauma masa kanak-kanak. Dia mengatakan, rasa sakit dapat dilepaskan melalui pengalaman dasar dan reaksi terhadap emosi dengan berteriak.

"Premis dasar di balik terapi teriak adalah pelepasan endorfin, zat kimia yang dilepaskan oleh tubuh yang mengurangi stres," kata Evona L Smith, seorang praktisi perawat keluarga dan dokter keperawatan di Louisiana yang telah menulis buku yang dimaksudkan untuk membantu anak-anak menghadapi pandemi.

Sederhananya, endorfin berinteraksi dengan reseptor di otak yang menghasilkan perasaan positif dalam tubuh. Smith mengatakan kepada Healthline bahwa meskipun terapi jeritan dapat memicu pelepasan endorfin dan ujungnya mengurangi stres, ada cara yang lebih ringan untuk mengatasi stres selama pandemi.

Berita aslinya dapat dibaca di: https://www.healthline.com/health-news/the-covid-19-pandemic-can-make-you-want-to-scream-and-that-could-be-helpful#Pandemic-parenting

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement