"Forever Winter" juga mengangkat krisis kesehatan mental akibat orang cenderung menutup diri saat bermasalah. Terapis klinis berbasis di Minnesota, AS yang berspesialisasi dalam trauma, Brit Barkholtz, mengatakan bahwa banyak orang bersikap demikian ketika mereka berada di saat-saat tergelap mereka lantaran takut menjadi beban bagi orang-orang di sekitarnya.
"Taylor menyesalkan bahwa dia tidak tahu bahwa temannya merasa seperti itu, mungkin Taylor berharap dia tahu sehingga bisa lebih cepat menawarkan bantuan," kata Barkholtz.
Menurut Barkholtz, kegigihan narator untuk menyatakan bahwa dirinya tidak akan pergi dapat mengirim pesan penguatan kepada orang-orang yang sedang berjuang mengatasi masalah. Taylor seolah menyampaikan bahwa mereka yang peduli akan ada untuk temannya jika sang teman membuka diri.
"Trauma, depresi, kecanduan, gangguan makan, semua itu dapat meyakinkan kita bahwa kita harus menutup diri dari orang-orang yang peduli dengan kita, tetapi "Forever Winter" adalah pengingat bahwa orang-orang yang peduli ingin dibiarkan masuk, ingin membantu, dan mendukung, dan ingin berada di sudut Anda bersama Anda, bahkan jika keadaan saat ini gelap atau berantakan," kata Barkholtz.