Ahad 14 Apr 2024 22:19 WIB

Rutin Berolahraga Saat Remaja Tingkatkan Kesehatan Mental Ketika Dewasa

Usia 15-17 tahun sebagai masa paling kritis untuk tetap aktif.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Ani Nursalikah
Pelajar melaksanakan senam saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Ahad (7/5/2023).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pelajar melaksanakan senam saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Ahad (7/5/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi global yang dilakukan jenama Asics terhadap lebih dari 26 ribu orang menemukan hubungan langsung antara aktivitas fisik saat remaja dengan peningkatan kesehatan mental di masa dewasa. Penelitian dilakukan pada periode November-Desember 2023.

Dipimpin oleh Profesor Brendon Stubbs dari King's College London, Inggris, studi juga mengidentifikasi usia 15-17 tahun sebagai masa paling kritis untuk tetap aktif. Berhenti berolahraga sebelum usia 15 tahun membuat kesejahteraan mental menurun di kemudian hari.

Baca Juga

Efek kurang olahraga di masa remaja yang terungkap dalam studi termasuk kurang fokus (11 persen), kurang percaya diri (10 persen), kurang tenang (10 persen), dan kurang tertata (10 persen) saat dewasa. Itu jika dibandingkan dengan orang yang rutin dan aktif berolahraga selama usia 15-17 tahun.  

"Ini membuktikan bahwa menjadi aktif secara fisik di masa remaja secara langsung berdampak pada pikiran Anda di kemudian hari," ungkap Stubbs, dikutip dari laman Women's Health, Ahad (14/4/2024).

Hasil tersebut merupakan bagian dari studi State of Mind global kedua yang dilakukan Asics, berdasarkan skor 'State of Mind' di 22 negara. Skor dihitung dengan 10 sifat kognitif dan emosional, termasuk positif, puas, dan fokus. Definisi olahraga teratur adalah lebih dari 150 menit sepekan.

Stubbs menjelaskan manfaat olahraga akan semakin besar jika seseorang menggantikan kebiasaan lain yang tidak sehat. Misalnya, jika remaja menggantikan satu jam waktu 'rebahan' atau menatap layar dengan menjadi lebih aktif, maka itu dapat mengurangi kasus depresi baru sekitar 10 persen.

Selain mendukung kondisi kesehatan mental, penulis penelitian menyatakan bahwa olahraga dapat merangsang area pemrosesan emosi utama di otak. Pada akhirnya, hal itu dapat mengurangi peradangan, dan dengan demikian meningkatkan kesehatan usus.

Hal yang mengkhawatirkan, penelitian ini menemukan adanya kesenjangan kebiasaan berolahraga di tiap generasi. Terungkap generasi muda berhenti berolahraga lebih awal dibandingkan generasi yang lebih tua ketika mereka masih muda.

Lebih dari separuh silent generation (pendahulu baby boomers kelahiran 1928-1945) lebih aktif di masa remaja mereka. Sementara, hanya 21 persen dari generasi Z (kelahiran 1997-2012) yang aktif sebelum usia 15. Hal ini mengakibatkan Gen Z memiliki skor "State of Mind" yang lebih rendah dibanding silent generation.

"Sangat mengkhawatirkan melihat penurunan tingkat aktivitas pada responden yang lebih muda pada usia kritis, terutama karena penelitian ini menemukan hubungan dengan rendahnya kesejahteraan mental di seluruh dunia," tutur Stubbs.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement