Sabtu 13 Nov 2021 18:09 WIB

Diabetes Jadi Penyakit Mematikan Ketiga Dunia

Diabetes harus dikendalikan agar tidak terjadi komplikasi yang dapat mematikan.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Reiny Dwinanda
Ilustrasi alat cek gula darah. Diabetesi perlu memeriksa kadar gula darahnya secara teratur dan menjalani pola makan yang tepat.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari Diabetes Sedunia jatuh pada 14 November setiap tahunnya. Berdasarkan data International Diabetes Federation 2020, jumlah pengidap diabetes terus meningkat di berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia.

Ketua Umum PERKENI Prof Dr dr Ketut Suastika mengungkapkan, diabetes menjadi penyakit paling mematikan ketiga dunia. Prevalensi diabetes di Indonesia masih mencapai 6,2 persen dengan 10,681,400 kasus.

Baca Juga

Menurut penelitian terbaru yang dilakukan tim penanggulangan Covid-19 Indonesia, angka kematian pada pasien diabetes yang terinfeksi Covid-19 lebih tinggi 8,3 kali lipat daripada masyarakat yang tidak memiliki riwayat diabetes. Masyarakat pun kini diimbau agar lebih memahami gejala-gejala dan penanganan penyakit yang disebut juga sebagai kencing manis ini, khususnya di masa pandemi.

"Diabetes bukan penyakit yang ringan, namun penyakit yang mematikan atau penyakit katastrofik," papar Prof Ketut dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Sabtu (13/11).

Kondisi pandemi dengan berbagai pembatasan aktivitas, menurut Prof Ketut, membuat kegiatan penanganan diabetes secara kolektif yang biasa dipusatkan di rumah sakit mengalami hambatan. Selain itu, kondisi penanganan yang hanya dari rumah membuat diabetesi lebih sulit mengontrol gula darah dan menjaga pola makan.

Dalam kondisi pandemi Covid-19, diabetesi membutuhkan pelayanan kesehatan yang optimal untuk mengontrol gula darah mereka. Prof Ketut mengingatkan, Covid-19 merupakan penyakit yang lebih sering berbahaya ketika menyerang pasien diabetes.

Hal senada diungkapkan Ketua PB Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) Dr dr Sony Wibisono. Ia juga menegaskan penyandang diabetes sangat rentan terkena infeksi virus.

"Kerentanan ini dapat dicegah dengan menjaga protokol kesehatan secara disiplin dan menjaga kondisi kesehatan," tutur dr Sony.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement