Senin 08 Nov 2021 22:15 WIB

Mendengarkan Musik Sebelum Tidur Justru tak Baik

Mendengarkan musik sebelum tidur justru mengganggu kualitas istirahat.

Mendengarkan musik sebelum tidur justru mengganggu kualitas istirahat.
Foto: Amazon
Mendengarkan musik sebelum tidur justru mengganggu kualitas istirahat.

REPUBLIKA.CO.ID, 

Oleh: Puti Almas

Baca Juga

Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh tim ilmuwan di Sleep Neuroscience and Cognition Lab menemukan bahwa mendengarkan musik sebelum tidur dapat menganggu kualitas istirahat. Peserta dalam penelitian yang mendengarkan lagu-lagu sebelum tidur kerap terbangun di malam hari dengan apa yang disebut sebagai terjebak dalam melodi di kepala mereka. Pemutaran ulang musik secara spontan dalam pikiran juga dikenal sebagai sebuah fenomena bernama earworm. 

Earworm kerap dikaitkan dengan kualitas tidur yang lebih renad. Penulis penelitian mencatat bahwa seseorang mungkin mengalami hal ini setelah mendengarkan musik dengan tempo cepat dan kontur melodi tertentu. Dilansir dari Psypost, Senin (8/11), orang-orang yang berusia lebih muda mendengarkan musik lebih dari sebelumnya. Industri musik didominasi oleh jenis lagu-lagu upbeat yang dibuat agar menarik.

Mengingat bahwa banyak orang mendengarkan musik untuk tertidur, para peneliti ingin melihat apakah mendengarkan musik di sekitar waktu tidur dapat memicu earworm dan apakah ini dapat mempengaruhi kualitas tidur. Michael K. Scullin, seorang profesor di Baylor University dan peneliti utama di Sleep Neuroscience and Cognition Lab mengatakan bahwa beberapa mengira kondisi itu akan mengganggu tidur, tapi beberapa justru melihat itu akan membantu tidur, karena mungkin earworm akan mengalihkan perhatian Anda dari pikiran ruminatif. 

“Serangkaian dilakukan untuk menguji sudut pandang yang saling bersaing ini,” ujar Scullin. 

Dalam sebuah studi di antara 199 orang Amerika, sekitar 33 persen peserta melaporkan mengalami earworm di sekitar waktu tidur, baik ketika mencoba untuk tertidur, saat bangun di malam hari, atau saat bangun di pagi hari. Peserta yang melaporkan lebih sering mendengarkan musik lebih mungkin mengalami fenomena terkait tidur ini.

Menariknya, mendengarkan musik yang lebih banyak dikaitkan dengan tidur yang lebih buruk, dan efek ini dimediasi oleh frekuensi earworm yang berhubungan dengan tidur. Hebatnya, peserta dengan earworm terkait tidur mendapat skor 54 persen lebih buruk di Pittsburgh Sleep Quality Index.

Selanjutnya, Scullin dan tim melakukan percobaan tidur diantara sampel 48 orang dewasa muda. Eksperimen tersebut melibatkan tes polisomnografi, yang merekam gelombang otak subjek, kadar oksigen darah, pola pernapasan, detak jantung, serta gerakan mata dan tubuh dalam semalam.

Sekitar setengah jam sebelum tidur, semua peserta secara acak ditugaskan untuk mendengarkan versi instrumental atau versi liris dari tiga lagu pop terkenal. Keesokan paginya, sekitar sepuluh menit setelah bangun tidur, para peserta ditanya apakah mereka saat ini merasa ada suara, lagu, atau melodi yang ‘tersangkut’ di pikiran mereka. 

Para peserta juga ditanya apakah mereka pernah mengalami lagu yang terngiang di kepala saat mencoba untuk tertidur, saat bangun di malam hari, atau saat bangun di pagi hari. Menurut hasil polisomnografi, peserta yang mendengarkan musik instrumental mengalami tidur yang jauh lebih buruk dibandingkan dengan mereka yang mendengar musik liris, seperti yang ditunjukkan oleh efisiensi tidur yang lebih buruk dan lebih banyak kesulitan untuk tertidur. 

Orang yang memiliki earworm terkait tidur juga memiliki kualitas tidur yang lebih buruk, sebagaimana dibuktikan oleh efisiensi tidur yang lebih buruk, lebih banyak kesulitan untuk tertidur, lebih banyak terbangun di malam hari, dan pergeseran dari tidur yang lebih dalam ke tidur yang lebih ringan. Secara khusus, efek ini unik pada earworm yang dialami sekitar waktu tidur, dan efek yang sama tidak ditemukan pada earworm yang dialami sekitar sepuluh menit setelah bangun tidur. Mirip dengan studi pertama, sekitar seperempat peserta mengatakan mereka terbangun dari tidur dengan earworm. 

Scullin mengatakan telah melakukan dua penelitian, satu yang berbasis survei dan yang lainnya melibatkan membawa orang ke laboratorium tidur dan secara eksperimental menginduksi earworm. Temuan dalam studi terus menunjukkan kesimpulan yang sama, yaitu semakin banyak Anda mendengarkan musik, semakin besar kemungkinan Anda terkena earworm di malam hari, yang kemudian mengarah pada kemungkinan masalah tidur yang lebih besar.

Dalam studi terakhir, para peneliti menganalisis data elektroensefalografi (EEG) dari studi lab tidur dan menemukan bukti osilasi lambat frontal yang lebih besar pada orang yang tidur dengan cacing telinga terkait tidur. Osilasi lambat frontal ini juga telah dilaporkan dalam studi konsolidasi memori, menunjukkan bahwa earworms adalah hasil dari otak yang secara spontan memutar ulang melodi selama tidur untuk membantu mentransfer informasi ke jaringan kortikal.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement